Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), perusahaan manufaktur perhiasan emas kerja sama dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dalam transaksi pembelian emas batangan.
HRTA menjadi salah satu supplier emas untuk pembelian emas batangan secara cicilan di BSI.
Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto mengatakan bahwa kerja sama ini keberlanjutan atas keberhasilan rekam jejak Perseroan yang terbukti (proven track record) dalam memperoleh kepercayaan dari institusi keuangan besar di Indonesia.
Baca juga: Awal Pekan, Harga Emas Antam Merosot Rp2.000 ke Level Rp988.000 per Gram
“Kami optimis keberlanjutan kerja sama institusi akan terus berkembang dan akan diikuti dengan kolaborasi strategis lainnya di masa mendatang,” kata Sandra, Senin (15/8/2022).
Hal ini, lanjut dia, menjadi katalis positif yang mendorong pertumbuhan kinerja keuangan HRTA di tahun 2022.
Manajemen HRTA menargetkan pertumbuhan nilai penjualan sebesar 29,77 persen YoY dari Rp5,24 triliun di tahun 2021 menjadi Rp6,8 triliun di akhir tahun 2022.
“Kerja sama ini melengkapi rangkaian kerja sama program cicilan emas batangan HRTA sebelumnya, yang telah dilakukan dengan institusi keuangan terpercaya lainnya seperti PT Bank BJB Syariah dan PT Taspen (Persero),” tutur Sandra.
Emas telah dikenal sebagai salah satu instrumen investasi untuk lindung nilai (safe haven) yang terbukti mampu memproteksi kekayaan dari ancaman inflasi dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, produk cicilan emas merupakan salah satu solusi bagi masyarakat Indonesia dalam mewujudkan rencana dan impian di masa depan.
Baca juga: Dalam Sepekan, Harga Emas Antam Sudah Amblas Rp6.000 per Gram
Equity Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan menyampaikan HRTA cukup cermat dalam menangkap peluang di bisnis cicilan emas.
Dia meyakini, emas masih menjadi produk investasi yang diminati oleh masyarakat sesuai dengan data minat investasi emas yang berada pada posisi kedua terbesar dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Juli 2022 dengan kontribusi sebesar 21,4 persen.
“Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan minat masyarakat terhadap investasi properti (13,9 persen) dan saham/reksadana (2,9 persen),” urainya.