News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis Nilai Kenaikan Harga BBM Subsidi Berpotensi Kerek Inflasi Lebih Cepat

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, rencana kenaikan harga BBM semakin memberikan kekhawatiran bagi daya beli masyarakat. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, rencana kenaikan harga BBM semakin memberikan kekhawatiran bagi daya beli masyarakat. 

"Pasalnya, BBM bersubsidi ini kuotanya sudah tiris dan anggarannya pun sudah membengkak, sehingga pilihan terakhir memang menaikan harga," ujar dia melalui risetnya, Selasa (16/8/2022). 

Diketahui hingga Juli 2022, BBM subsidi jenis Solar sudah tersalurkan 9,9 juta kiloliter dari kuota 14,9 juta kiloliter. Sementara, Pertalite sudah tersalurkan 16,8 juta kiloliter dari kuota 23 juta kiloliter.

Baca juga: Analis: Tak Hanya Masyarakat, Pelaku Industri Akan Tertekan Jika Harga BBM Subsidi Naik

Menurutnya, selama ini pemerintah sudah berupaya menjaga kenaikan harga melalui peningkatan anggaran energi, dan melakukan strategi kenaikan harga BBM jenis tertentu untuk kalangan atas. 

"Namun, tekanannya cukup besar, sehingga tiba pada titik bebannya perlu dibagi ke seluruh lapisan masyarakat. Kami melihat kenaikan BBM ini berpotensi meningkatkan inflasi dalam negeri dengan lebih cepat," katanya.

Kendati demikian, Nico menyarankan saat harga minyak dunia sudah bergerak turun di bawah 100 dolar Amerika Serikat per barel sekarang ini bisa dijadikan waktu tepat untuk memasok minyak sebelum harganya kembali meningkat. 

"Mengingat kondisi ketidakpastian global yang masih tinggi. Sisi suplai dalam negeri ini memang perlu dijaga agar harganya bisa terkendali," pungkasnya.

Baca juga: Pengusaha Transportasi Ancang-ancang Sesuaikan Tarif Angkutan Jika Harga BBM Naik

Sinyal Harga BBM Bakal Naik Makin Menguat

Pemerintah makin kuat mengisyaratkan harga bahan bakar minyak (BBM) akan segera naik dalam waktu dekat di tengah tekanan harga minyak mentah dunia yang berfluktuasi.

Adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang kini sedang mengkaji penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

Sementara itu, soal Revisi Perpres No 191 Tahun 2014 juga terus dijalankan dan diharapkan bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

Menurut Menteri ESDM Arifin Tasrif, penyesuaian harga Pertalite saat ini sedang dalam kajian.

“Ini (penyesuaian harga) juga termasuk dalam kajian yang sedang dilakukan, nanti akan dilihat dan dievaluasi sama-sama, harga minyak mentah nggak turun-turun ya,” ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (15/8/2022).

Selain mengkaji mengenai penyesuaian harga BBM Subsidi, Arifin juga mengakui bahwa pihaknya sedang merampungkan revisi Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 191 Tahun 2014 untuk pembatasan pembeli BBM subsidi dan diharapkan selesai pada Agustus 2022.

Baca juga: Pertamina Catat Ada 49 Kasus Penyalagunaan BBM Bersubsidi Dalam Delapan Bulan, Begini Modusnya

“Mudah-mudahan setelah 17 Agustus. Ya dalam bulan ini lah, dalam waktu dekat harus bisa kita selesaikan,” jelasnya.

Dirjen Migas, Tutuka Ariadji menambahkan, perihal penambahan kuota BBM Subsidi saat ini pembahasan terus berjalan bersama dengan tim dan menteri terkait.

“Jika melihat dari kebutuhannya, tentu ini kan meningkat, sekarang tinggal menyikapinya bagaimana,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, perihal kebutuhan Pertalite dan Solar perlu benar-benar diperhatikan karena masyarakat sangat memerlukan. “Kita terus lihat dari waktu ke waktu, pada saatnya kita akan menyampaikan,” kata Tutuka.

Tutuka memberikan gambaran, bahwa kajian yang masih dilakukan lebih jauh adalah soal kondisi Marketing Operation Region (MOR) khususnya dilihat lebih jauh mana MOR yang kritis dan mana yang belum.

Secara nasional MOR terbagi atas 8 bagian yang mewakili sejumlah wilayah di Indonesia.

Adapun soal revisi peraturan pembatasan pembeli BBM Subsidi, saat ini pihak Kementerian ESDM masih mengkaji dan melihat situasi terkini lantaran banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

“Saat ini belum bisa saya sampaikan sesuatu yang konkret karena masih belum selesai,” ujarnya.

Baca juga: Fraksi PKS Ingatkan Pemerintah Hati-hati Kendalikan Harga dan Ketersediaan BBM

"Namun, tekanannya cukup besar, sehingga tiba pada titik bebannya perlu dibagi ke seluruh lapisan masyarakat. Kami melihat kenaikan BBM ini berpotensi meningkatkan inflasi dalam negeri dengan lebih cepat," katanya. 

Kendati demikian, Nico menyarankan saat harga minyak dunia sudah bergerak turun di bawah 100 dolar Amerika Serikat per barel sekarang ini bisa dijadikan waktu tepat untuk memasok minyak sebelum harganya kembali meningkat. 

"Mengingat kondisi ketidakpastian global yang masih tinggi. Sisi suplai dalam negeri ini memang perlu dijaga agar harganya bisa terkendali," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini