Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana moneter internasional yang akrab disapa IMF, memperkirakan bahwa dua negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 yakni Jerman dan Italia akan mengalami resesi tahun depan.
Pernyataan ini dilontarkan IMF dalam rilis terbarunya, Selasa (11/10/2022), setelah kedua negara ini mengalami kontraksi ekonomi yang parah akibat terpengaruh lonjakan harga gas dan minyak mentah Rusia.
Imbas dari kenaikan harga tersebut kini IMF memproyeksikan ekonomi Jerman menyusut 0,3 persen, sementara Italia berkontraksi 0,2 persen pada 2023, dikutip dari Deutsche Welle.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok di Tengah Gejolak Covid-19 di China dan Ketakutan Resesi
"Jerman dan Italia akan tergelincir ke dalam resesi tahun depan, menjadi ekonomi maju pertama yang mengalami kontraksi setelah invasi Rusia ke Ukraina," tulis IMF dalam pembaruan World Economic Outlooknya.
Sebelum IMF menyampaikan prediksi resesi kepada Jerman dan Italia, pada awal tahun dana moneter internasional ini optimis bahwa kedua negara tersebut akan mengalami pertumbuhan sebesar 0,8 persen pada tahun depan.
Namun setelah invasi antara Rusia dan Ukraina pecah, kondisi pasar global perlahan mengalami kontraksi akibat melonjaknya sejumlah harga pangan dan energi di pasar Eropa.
Kondisi ini yang kemudian membuat Jerman yang diklaim sebagai ekonomi terbesar Eropa jatuh lantaran harus membayar lebih mahal untuk mendapatkan impor gas, di tengah pengetatan kontrol ekspor sumber energi yang dilakukan Kremlin sebagai bentuk balasan sanksi ke Barat.
Menyusul Jerman, perekonomian Italia diketahui juga turut mengalami penurunan kontrak Produk Domestik Bruto (PDB) secara tajam sebesar 0,2 persen sejak juli lalu, akibat meroketnya impor gas Rusia.
Ketergantungan Jerman dan Italia terhadap pasokan sumber energi dari Rusia, membuat kedua negara ini harus berjuang untung mendapatkan pasokan energi selama musim dingin mendatang.
Terlebih selama beberapa bulan terakhir harga gas yang diperdagangkan di Eropa telah melonjak lebih dari 14 persen menjadi 289,20 dolar AS per MWh.
Kenaikan juga terjadi pada harga minyak Rusia, menurut Oil Market Report edisi Agustus 2022 yang dirilis oleh International Energy Agency (IEA) harga minyak jenis brent berada di 99,11 dolar AS per barel, sedangkan jenis light sweet harganya melonjak 93,83 dolar AS per barel.
Baca juga: Ancaman Resesi Global Hingga 28 Negara Minta Bantuan IMF, Begini Kondisi Ekonomi di Indonesia
Adanya lonjakan ini yang kemudian membuat ekonomi di sejumlah negara di Eropa melemah, hingga IMF menurunkan perkiraannya perekonomian zona Eropa di 2023 menjadi 2,7 persen, turun 0,2 poin dari ekspektasi di Juli lalu.
"Kejutan tahun ini akan membuka kembali luka ekonomi yang hanya sembuh sebagian pasca-pandemi," kata penasihat ekonomi IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam sebuah posting blog yang menyertai pandangan terbaru.
Berbanding terbalik dengan dua negara diatas, prospek ekonomi Rusia justru terpantau telah membaik sejak Juli.
Meskipun masih di wilayah negatif, namun ekonomi Kremlin diperkirakan hanya akan berkontraksi 2,3 persen di tahun depan, menyusut dibandingkan dengan prediksi sebelumnya yang saat itu dipatok sebesar 3,5 persen.