Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memproyeksikan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) naik ke level normal 36 juta metrik ton hingga 38 juta metrik ton pada 2023.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Eddy Abdurrachman mengatakan, peningkatan tersebut setelah larangan ekspor CPO dicabut pertengahan tahun ini.
Namun demikian, jumlah pungutan eskpor sawit diproyeksi menurun pada tahun depan menjadi di kisaran Rp30 triliun dibanding sekira Rp34 triliun pada 2022.
Baca juga: BPDPKS Beberkan Penyebab Volume Ekspor Sawit Turun di 2022
"Untuk proyeksi tahun depan, penerimaan pungutan ekspor itu kurang lebih Rp 30-an triliun. Penurunannya memang relatif banyak, meski ada program B35," ujarnya dalam konferensi pers di kawasan Thamrin, Kamis (22/12/2022).
Menurunnya pungutan ekspor tersebut akibat harga CPO pada tahun depan yang diperkirakan di kisaran 970 dolar Amerika Serikat (AS) per metrik ton.
Sedangkan pada 2022, harga CPO pernah menembus level tertinggi di 2.010 dolar AS per metrik ton pada Maret, meski turun hingga 965 dolar AS per metrik ton pada Desember.
"Khusus proyeksi harga sawit, dinyatakan apabila Indonesia terapkan B35 pada 2023, maka harga CPO di kisaran 970 dolar AS per metrik ton," pungkas Eddy.