Angka itu sudah lebih besar dari 3,8 miliar dolar AS --harga mengakuisisi saham mayoritas Freeport Indonesia.
Itu belum termasuk penerimaan negara dalam bentuk pajak dan bantuan Freeport Indonesia untuk kegiatan sosial di Papua.
Itulah mengapa proyek Smelter di Gresik memiliki makna khusus bagi Jokowi maupun Tony Wenas.
Smelter Gresik
Berdiri di atas lahan 100 hektare di tepi pantai Gresik (di depannya terlihat Pulau Madura), smelter yang dibangun PT Freeport Indonesia masuk kawasan JIIPE, kawasan yang dikelola oleh PT Angkasa Pura dan perusahaan swasta.
Di kawasan ini ada kawasan industri yang dikelola PT Maspion, ada pabrik Sari Roti, dan ada pabrik kimia.
JIIPE menarik karena langsung terhubung dengan pelabuhan laut dalam, dekat Tanjung Perak, Surabaya.
Freeport telah mengoperasikan kantor proyek. Cukup luas, ada musala, ruang kerja, dan ruang meeting yang sejuk.
Di lobi ada jam dinding, memperlihatkan waktu Jakarta, Tokyo, dan Phoenix.
Kenapa Tokyo? "Ada beberapa pekerja dari Jepang," kata seorang pegawai. Tribunnews juga menyaksikan segelintir orang bule.
Phoenix? Itulah adalah nama kota di Arizona, Amerika Serikat, kantor pusat Freeport McMoran.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Industri Smelter, Linde Perluas Kapasitas Pabrik Oksigen di Jawa Timur
Overall, sekitar 40 ribu orang pekerja terlibat di proyek tersebut, kata Tony Wenas. Sebagian besar tentu saja dari Indonesia, juga dari Gresik dan Surabaya.
Pekerjaannya sangat masif, mulai pengerukan lahan (biayanya lebih Rp 1 triliun, termasuk menimbun material tanah setinggi tiga meter), pembangunan jalan, jembatan, gedung, dan pabrik.
Sejumlah gedung sedang dikerjakan simultan saat ini. Sebanyak 17.434 tiang pancang diperlukan.