Proyek Smelter Gresik
Secara keseluruhan, kata Tony Wenas, proyek ini telah rampung 51,7 persen. Biaya yang sudah diserap sekitar Rp 25 triliun dari total anggaran Rp 42 triliun.
Kelak, bila sudah berproduksi komersial, Smelter Gresik akan mengolah konsentrat 1,7 juta dmt per tahun --untuk melengkapi smelter Freeport sebelumnya, juga di Gresik, yang kemampuannya hanya 300 ribu.
Smelter lama pun akan ditingkatkan kapasitasnya dari 300 ribu menjadi 1,3 juta.
Dua smelter itu diproyeksikan bisa mengolah konsentrat 3 juta dmt per tahun.
Selain memproses emas, perak, dan platinum, 'sisa-sisa' bahan olahan akan menghasilkan asam sulfat (dibeli PT Petrokimia Gresik) serta terak tembaga dan gipsum (dibeli PT Semen Indonesia).
Emas Freeport, antara lain, dipasok ke PT Antam.
Smelter, kata Tony Wenas, juga akan memproses tembaga, salah satu bahan baku penting mobil listrik.
Menurut Tony, mobil listrik membutuhkan tembaga empat kali lebih banyak daripada mobil konvensional.
"Enam belas bulan dari sekarang, Smelter Gresik akan beroperasi," kata Tony Wenas.
Ini akan menandai babak baru PT Freeport Indonesia, perusahaan asing yang "dinasionalisasi" dengan kepemilikan saham mayoritas pemerintah, yang mengolah bahan bakunya 100 persen di dalam negeri, dan memberikan kontribusi ke negara berlipat-lipat.
Jokowi tentu akan senang mengakhiri masa jabatan keduanya sebagai presiden dan meninggalkan Freeport dan Smelter Gresik sebagai salah satu legasi kepemimpinannya. (*)