Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Ketua Federal Reserve AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan inflasi mulai mereda, meskipun dia memperingatkan suku bunga dapat naik lebih dari yang diantisipasi pasar jika data ekonomi tidak segera membaik.
“Proses disinflasi, proses menurunkan inflasi, telah dimulai dan dimulai di sektor barang, yaitu sekitar seperempat dari ekonomi kita. Ini adalah tahap paling awal,” kata Powell, seperti yang dikutip dari CNBC.
Pernyataan tersebut Powell keluarkan saat dia menghadiri sesi tanya jawab di Economic Club of Washington, Amerika Serikat, pada Selasa (7/2/2023), yang juga dihadiri salah satu pendiri Carlyle Group, David Rubenstein. Powell adalah mantan mitra di firma aset tersebut.
Pasar keuangan sempat berubah positif menyusul komentar Powel, karena investor berharap The Fed dapat segera menghentikan kenaikan suku bunga agresif yang dimulai pada tahun lalu.
Baca juga: IHSG Diperkirakan Masih Bisa Ngegas di Tengah Kenaikan Suku Bunga The Fed
Namun, sentimen investor kemudian berbalik negatif setelah Powell memperingatkan mengenai data ekonomi yang kuat seperti laporan tenaga kerja AS pada minggu lalu untuk Januari, sebelum berbalik positif lagi.
Ketika ditanya apakah keputusan suku bunga The Fed dapat terpengaruh jika AS memiliki laporan tenaga kerja sebelum pertemuan kebijakan, Powell berkata, “Sayangnya kita tidak bisa bermain seperti itu.”
Laporan tenaga kerja AS menunjukkan nonfarm payrolls atau pekerjaan nonpertanian naik 517.000 pekerjaan pada Januari, hampir tiga kali lipat dari perkiraan Wall Street.
Powell mengatakan, jika data menunjukkan inflasi berjalan lebih panas dari perkiraan The Fed, "itu berarti suku bunga dapat lebih tinggi".
“Kenyataannya adalah kita akan bereaksi terhadap data tersebut. Jadi jika kita terus mendapatkan, misalnya, laporan pasar tenaga kerja yang kuat atau laporan inflasi yang lebih tinggi, mungkin kita telah berbuat lebih banyak dan menaikkan suku bunga lebih dari yang diperkirakan,” ungkapnya.
Pada pertemuan terakhirnya, yang berakhir enam hari lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuannya seperempat poin persentase, yang menjadi kenaikan kedelapan sejak Maret 2022, ke kisaran target 4,5 persen hingga 4,75 persen.
Dalam sambutannya pada Selasa, Powell tidak memberikan indikasi kapan kenaikan suku bunga akan berhenti. Dia mengatakan kemungkinan kenaikan suku bunga dapat berlangsung hingga 2024 sebelum inflasi mencapai target The Fed.
Bank sentral AS menargetkan inflasi dapat berada di tingkat 2 persen.
“Kami perkirakan 2023 menjadi tahun penurunan inflasi yang signifikan. Sebenarnya tugas kami memastikan hal itu terjadi,” ujar Powell.