Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren krisis energi yang terjadi di sejumlah negara diyakini tidak akan terjadi di Indonesia, terutama untuk pasokan listrik.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, peristiwa pemadaman listrik massal seperti terjadi di Pakistan tidak akan terjadi di Indonesia.
Dia mengatakan, berbeda dengan Indonesia, selama ini kondisi kelistrikan di Pakistan dinilai masih belum baik. Hal ini tercermin dari adanya pemadaman listrik secara besar-besaran atau blackout pada Sabtu (9/1/2021) waktu setempat.
Darmawan memastikan PLN telah melakukan langkah-langkah strategis, salah satunya dengan penguatan pasokan energi primer untuk pembangkit listrik untuk menjamin keandalan suplai listrik ke pelanggan.
PLN telah mengantisipasinya dengan three line of defence energi primer untuk pembangkit listrik, yakni menggunakan batu bara, gas, dan BBM.
PLN memperkuat sistem kelistrikan nasional demi menghadapi krisis energi global.
"Kondisi kelistrikan nasional Indonesia dalam kondisi yang sangat aman. Setiap pilar sistem kelistrikan kita sangat kokoh. Demi memastikan pasokan listrik terjaga, kami pastikan kecukupan energi primer seluruh pembangkit di Indonesia lebih dari cukup," kata Darmawan saat melangsungkan rapat bersama Komisi VII DPR-RI di Jakarta, (9/2/2023).
Ketangguhan pasokan energi primer tersebut diperoleh dari hasil perjuangan PLN dan Pemerintah dalam melakukan tata kelola energi primer setelah kejadian krisis batu bara pada akhir tahun 2021.
PLN telah melakukan penataan ulang kontrak menjadi jangka panjang dan kokoh.
Selain itu, langkah pengawasan dilakukan tidak hanya melalui fisik di lapangan tetapi juga dengan integrasi sistem monitoring digital.
Baca juga: Prancis Kekurangan Pasokan Listrik, Jutaan Warga Pilih Beralih Gunakan Kompor Kemah hingga Obor
"Kami integrasikan sistem digital PLN dengan sistem digital Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, sehingga dapat dilakukan corrective action secara cepat, tepat, dan terukur," papar Darmawan.
PLN juga mengubah paradigma sistem pengendalian pasokan batu bara dari yang awalnya fokus pada titik bongkar Estimated Time of Arrival (ETA) menjadi berfokus pada titik muat atau.
Mekanisme early warning system juga dibangun, sehingga risiko keterlambatan pengiriman pasokan batu bara dapat diminimalisir.
Baca juga: PLN Tambah Pasokan Listrik ke Kawasan Bisnis Pantai Indah Kapuk 2
Dengan pembenahan tersebut, kini pembangkit batu bara punya stok yang bahkan di atas titik aman, yaitu sudah berada di atas 20 hari operasi (HOP).
Selain itu, cadangan gas dan cadangan BBM sebagai second line dan third line of defence juga dipastikan aman, dan selalu siap kapanpun dibutuhkan.
"Jika kita bandingkan dengan Pakistan. Di sana stok energi primer pembangkitnya yaitu gas sangat terbatas," papar Darmawan.
Baca juga: Dua Proyek PLN Ini Akan Perkuat Pasokan Listrik DKI, Banten dan Jabar
"Ditambah Pakistan sedang mengalami tekanan ekonomi, sedangkan energi primernya didominasi impor tanpa kesiapan pasokan, tidak ada kontrak jangka panjang, maka stok pun semakin terbatas," pungkasnya.