Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Menyusul langkah The Fed, Bank Sentral Inggris atau Bank of England (BoE) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen pada Kamis (23/3/2023) guna meredam inflasi meskipun terjadi lonjakan pertumbuhan harga yang mengejutkan bulan lalu.
Kenaikan suku bunga itu juga menandai meningkatnya biaya pinjaman bank sentral ke-11 berturut-turut, yang dimulai pada Desember 2021.
Komite Kebijakan moneter BoE menaikkan suku bunga setelah badan statistik Inggris mengejutkan para pembuat kebijakan dengan melaporkan inflasi meningkat menjadi 10,4 persen pada Februari, didorong oleh biaya makanan, pakaian, dan makan di luar.
“Kami akan terus memantau dengan cermat indikasi tekanan inflasi yang terus-menerus,” kata bank sentral Inggris dalam sebuah pernyataan, Kamis (23/3/2023).
"Jika ada bukti tekanan secara terus-menerus, maka diperlukan pengetatan lebih lanjut dalam kebijakan moneter,” sambungnya.
Meski demikian, kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral Inggris merupakan yang terkecil sejak Juni 2022 karena mereka memperkirakan penurunan tajam inflasi di akhir tahun ini.
Inflasi Inggris diperkirakan melambat menjadi 2,9 persen pada akhir tahun ini karena biaya energi turun dan kenaikan harga besar yang dicatat tahun lalu keluar dari perhitungan.
Sementara itu, Paul Brennan dari Al Jazeera mengatakan bank sentral Inggris tidak lagi memprediksi ekonomi Inggris akan mengalami resesi.
Baca juga: Harga Pangan Melonjak, Inflasi Inggris Ikut Terdongkrak ke Rekor Tertinggi Mencapai 17,1 Persen
“Ada harapan bahwa ekonomi akan tumbuh sedikit dalam tahun depan, ada secercah harapan di sana,” kata Brennan.
“Mereka juga memperkirakan harga energi atau kontribusi harga energi terhadap inflasi menjadi negatif sepanjang tahun ini,” pungkasnya.