Dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, seluruh pelaku bisnis dapat memprioritaskan pembangunan berkelanjutan sebagai langkah kritis untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu Indonesia mencapai pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Saya yakin kita bisa membentuk masa depan pertanian berkelanjutan Indonesia melalui kolaborasi dan inovasi teknologi,” ungkap Dr. Ir. Musdhalifah Machmud, M.T.
Kepala Kerjasama Ekonomi Swiss, Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, Philipp Orga mengatakan melalui Program Kerjasama yang dilaksanakan Kedutaan Swiss di Indonesia, Pemerintah Swiss berkomitmen mendukung produksi komoditas berkelanjutan di Indonesia.
Program Lanskap Berkelanjutan Indonesia (SLPI) yang didanai Swiss melibatkan perusahaan swasta di 10 kabupaten di Sumatera dan Kalimantan untuk menciptakan peluang ekonomi bagi petani sekaligus melindungi lingkungan dan mengatasi perubahan iklim.
Menurut Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestlé Indonesia, Syahrudi perusahaannya sejak lama melibatkan mitra petani untuk memajukan praktik pertanian
regeneratif, sebagai jantung di sistem pangan yang dikelolanya.
"Kami percaya kolaborasi yang kami bangun menuju pertanian berkelanjutan, akan menciptakan manfaat bagi petani, bisnis, dan pada saat yang sama menciptakan dampak positif bagi lingkungan,” ungkapnya.
Dewan dan Parlemen Uni Eropa baru-baru ini menyepakati peraturan untuk meminimalkan deforestasi dan degradasi hutan. Regulasi ini akan memastikan bahwa produk tertentu tidak lagi berkontribusi terhadap deforestasi dan degradasi hutan di pasar Uni Eropa.
Para pelaku bisnis akan diminta menunjukkan komitmen nyata bahwa produk mereka bebas dari deforestasi dan mematuhi undang-undang yang berlaku di negara produksi.