Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan masih adanya gap antara indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia dengan indeks inklusi keuangan.
Masing-masing indeks menunjukkan angka sebesar 49,68 persen dan 85 persen.
Dalam upaya meningkatkan tingkat literasi keuangan masyarakat khususnya di golongan milenial, Otoritas Jasa Keuangan menyelenggarakan kegiatan EduFin on Location di Kota Medan.
Baca juga: Kadin Nilai Pesatnya Perkembangan Ekonomi Digital RI Belum Diikuti Literasi yang Memadai
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Universitas Prima Indonesia yang dihadiri 1.000 mahasiswa sebagai peserta yang hadir secara fisik.
Plt Kepala Group Komunikasi Publik OJK Sekar Putih Djarot mengatakan gap antara tingkat literasi dan inklusi keuangan menunjukan saat ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang dapat mengakses dan menggunakan layanan produk sektor jasa keuangan.
”Namun masyarakat belum benar-benar memahami manfaat ataupun risiko dari layanan produk tersebut sehingga sangat rentan dimanfaatkan untuk hal jahat oleh oknum yang tidak bertanggungjawab,” ucap Sekar dalam keterangannya, Rabu (21/6/2023).
Sekar menyebut sinergi dan kolaborasi OJK, industri jasa keuangan dan universitas dilakukan untuk meningkatkan literasi dan edukasi keuangan kepada mahasiswa sesuai dengan sasaran prioritas literasi dan inklusi keuangan OJK pada tahun 2023.
Dia berharap EduFin on Location dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap tugas dan fungsi daripada serta memahami apa saja jenis-jenis produk investasi yang selaras dengan profil risiko serta kebutuhan, sehingga mahasiswa dapat memahami dengan baik manfaat dan risiko dari pilihan investasinya, baik itu yang bersifat konvensional maupun syariah.
“Ini juga untuk membangun kewaspadaan dari mahasiswa terhadap bahaya penipuan berkedok investasi dan juga pinjol ilegal,”ucap Sekar.
Kepala Kantor OJK Kantor Regional 5 Sumatera Bagian Utara (KR5 Sumbagut) Bambang Mukti Riyadi mengatakan acara EduFin on Location menjadi sangat penting karena kemajuan digital seperti pisau bermata dua, yang artinya dapat mendatangkan keuntungan sekaligus kerugian.
Mahasiswa dirasa telah memiliki intelektualitas yang tinggi, sehingga diharapkan dapat menjadi generasi muda yang memanfaatkan kemajuan digital dengan baik.
“Ibarat pisau, kita bisa memanfaatkan sisi yang tajam untuk kepentingan kita. Saya berharap mahasiswa Unpri bisa menjadi channel atau agen literasi untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Sumatera Utara. Nanti juga akan ada galeri investasi di kampus ini,” kata Bambang.
“Kalian masih muda, milenial, mengetahui teknologi tapi juga harus mengetahui aspek industri keuangan sehingga bisa memanfaatkannya secara optimal. Optimal ya jangan maksimal, karena kalau maksimal kita akan gampang sekali terjebak dengan iming-iming yang tidak masuk akal,” imbuhnya.
Sampai saat ini di Indonesia sebut Bambang, masih saja ada berita-berita orang yang percaya hal ajaib seperti penggandaan uang dan investasi ilegal dengan memberi imbal hasil yang tidak normal.
“Kalau imbal hasilnya dijanjikan sebulan 10 persen maka bisa saya pastikan itu bohong. Tapi sayangnya masih saja ada masyarakat yang percaya. Untuk itu saya harapkan kaum intelektual bisa menjadi partner bagi OJK untuk bersama-sama meningkatkan literasi masyarakat Sumatera Utara. Tidak ada benteng yang lebih bagus untuk menanggulangi investasi ilegal maupun Pinjol ilegal selain dengan meningkatkan literasi,” tandas Bambang.