Bank Dunia, memprediksi ekonomi dunia hanya tumbuh 2,1 persen di tahun 2023, setelah tumbuh 3,1 persen pada tahun 2022.
Baca juga: Kemenko Perekonomian: Penempatan DHE Dalam Negeri Bakal Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Namun, Global Economic Prospects (GEP) terbaru yang dikeluarkan Bank Dunia pada awal Juni menandai peningkatan dari estimasi sebelumnya yang mereka keluarkan pada Januari 2023. Estimasi saat itu memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia hanya sebesar 1,7 persen di tahun ini.
Beberapa waktu lalu, pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menegaskan perekonomian global "tidak berjalan baik" akibat Perang Rusia-Ukraina.
Sri Mulyani mengakui bahwa perang telah menyebabkan gangguan pasokan yang semakin berkepanjangan dan akut setelah sebelumnya, selama dua tahun dunia dihantam pandemi Covid-19 dan perang melawan Ukraina ini juga akan berdampak pada Indonesia.
Akibat rantai pasokan yang terganggu, tekanan inflasi global juga meningkat yang berdampak pada kenaikan harga komoditas global.
“Ketidakpastian situasi geopolitik menyebabkan tekanan inflasi global yang berdampak pada kenaikan suku bunga dan pengetatan likuiditas negara-negara maju,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Kemenko Perekonomian: Penempatan DHE Dalam Negeri Bakal Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Lebih lanjut, ujarnya, kondisi tersebut menimbulkan volatilitas, arus modal, dan pengetatan di sejumlah negara, termasuk Indonesia karena proyeksi pertumbuhan ekonomi masih tak menentu, sesuai prediksi yang dikeluarkan oleh IMF, Bank Dunia, dan OECD.
Komunike di akhir KTT G20 di Bali menyatakan penyesalan Agresi Rusia terhadap Ukraina dan menuntut penarikan pasukan Rusia dengan segera dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina.
Indonesia memiliki peran yang berkelanjutan dan penting sebagai bagian dari Troika G20 dan Ketua ASEAN saat ini.
KTT G20 pada bulan September tahun ini akan menjadi titik kritis untuk menemukan solusi nyata yang akan mengakhiri perang dan ketidakpastian ekonomi.