Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan, dalam waktu dekat PT Pertamina (Persero) segera melakukan sales and purchase agreement atau perjanjian jual beli terkait hak partisipasi lapangan migas Masela.
Erick memperkirakan kesepakatan tersebut bisa saja terjadi pada akhir pekan Juli 2023.
"Mudah-mudahan, kita tunggu (minggu depan)," ucap Erick saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (22/7/2023).
Baca juga: Pertamina Gantikan Shell di Blok Masela, Positif untuk Pengembangan Indonesia Timur
Menurut Erick, pengelolaan Blok Masela oleh Pertamina merupakan salah satu langkah memperkuat ketahanan energi nasional.
Perusahaan migas pelat merah tersebut akan melakukan pengembangan pada sumur baru di area Masela.
"Jika kita lakukan aksi korporasi untuk hulu, tidak lain untuk mengembangkan sumur-sumur baru atau sumur tua yang harus di eksplorasi lagi," papar Erick.
"Salah satunya juga pemgembangan daripada usaha, termasuk investasi di Masela. nah itu kita coba menkonsolidasi aset-aset bagus. jadi ya kita tunggu," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan, pihaknya tengah melakukan tahapan finalisasi untuk mengelola sebagian Blok Masela.
Menurutnya, motor terbesar dari bisnis Pertamina ada di sektor hulu, sehingga akuisisi blok migas yang berlokasi di Maluku tersebut perlu dilakukan.
"Salah satunya yang di dalam negeri yang sedang kita finalkan adalah Blok Masela. Masyarakat sangat berharap giant blok gas ini bisa segera di-develop," papar Nicke di Grha Pertamina Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Baca juga: Soal Alih Kelola Blok Masela, Menteri ESDM: Tunggu di Bulan Ini
"Dengan masuknya Pertamina, komitmen kami adalah sesegera mungkin men-develop agar kemudian gas yang ada dalam perut bumi Masela ini bisa dimonetisasi," paparnya.
Sebagai informasi, Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell.
Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya.
Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35 persen saham participating interest (PI). Sisanya dikuasai Inpex sebesar 65 persen.
Lapangan Abadi Blok Masela memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat.