“Kalau di daerah tersebut banyak penduduk yang masuk, artinya inflow-nya besar, itu berarti dia sunrise properti, kenaikannya pasti akan tinggi. Sebaliknya, kalau outflow yang besar dia sunset,” lugasnya.
Ia membagikan empat tips berinvestasi ruko supaya tidak amsyong, alih-alih bisa dijadikan sumber dana alternatif. Pertama, beli ruko di kawasan dalam kota baru yang menjadi bagian komersial kawasan tersebut.
“Itu oke sepanjang kota mandiri atau perumahan tersebut telah hidup. Artinya, jumlah penghuninya telah membutuhkan fasilitas komersial. Tetapi balik lagi, demand terhadap ruko pun tergantung pada lokasi perumahan,” ujar Panangian.
Kedua, ruko di jalan-jalan besar. Biasanya semakin banyak kantor cabang bank atau ATM yang ada di lokasi tersebut, semakin bagus untuk investasi ruko. Keberadaan bank oleh sebagian pihak dinilai menandakan banyaknya transaksi.
Perhatikan juga lalu-lintas yang lewat di jalan tersebut. Umumnya, perusahaan-perusahaan kecil atau perusahaan penyedia jasa ritel selalu mencari lokasi kantor atau toko di kawasan yang dilewati banyak orang.
Ketiga, ruko yang berlokasi di kompleks trade centre. Dan keempat, investor perlu mengecek kembali berbagai fasilitas yang sudah atau sedang dibangun, baik oleh developer maupun pemerintah setempat di sekitar kawasan ruko.
Pasalnya, hal ini akan menentukan ada atau tidaknya nilai tambah terhadap properti yang dibeli.
“Umumnya, nilai tambah proyek properti ditentukan dari land bank yang dimiliki developer. Bila developer memiliki land bank besar, artinya mereka masih punya ruang untuk terus tumbuh sehingga indeks harga dapat meningkat,” imbuhnya.
Panangian mengingatkan para investor agar tidak membeli ruko di lokasi yang belum berkembang, karena sifatnya masih spekulatif. Misalnya ruko di kompleks perumahan yang baru dibangun, di trade center yang sifatnya masih uji coba, atau di jalan yang jauh dari pusat keramaian.
“Ruko-ruko seperti ini perkembangannya agak lambat,” pungkasnya.