Dia mengatakan, total ada 24 SMK yang saat ini menjadi mitra BIRU tersebar di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan serta Sulawesi Selatan.
Menurutnya, keterlibatan industri penting agar mutu pendidikan vokasi di SMK bisa berakselerasi. Pembelajaran ini bisa mencakup seluruh jurusan di SMK bersifat spesifik yang diberokan oleh industri.
"Misalnya kami sekarang bekerja sama dengan perusahaan kapal pesiar, kami mengembangkan pembelajaran di bidang hospitality untuk siswa SMK," ungkapnya.
BIRU sampai saat ini sudah meluluskan lebih dari 2000 peserta didik yang memiliki penguasaan teknologi alat berat. "Kami juga sudah mengakselerasi kurikulum pada 23 sekolah. Kami bekerja sama dengan 6 industri kecil menengah memproduksi produk produk ramah lingkungan dan sukses mengolah 28 ton limbah tambang jadi produk bermanfaat," ujar Kristiyanto.
Produk yang dihasilkan adalah palu Alugoro diproduksi dari material logam eks scrapping alat berat yang materialnya telah dipilah kemudian dicor. Produksinya dilakukan oleh 6 SMK di Jawa Tengah antara lain SMK Warga di Solo, SMK Tunas Harapan, Pati; SMK Pancasila, Wonogiri.
Sitti Utami Haryanti, M.Hum dari Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI menyatakan, salah satu penyebab masih rendahnya penyerapan tenaga kerja terdidik adalah belum adanya link and match atau keselarasan antara sektor pendidikan vokasi dengan dunia industri.
Padahal, lulusan vokasi diharapkan memiliki keterampilan dan kesiapan untuk terjun langsung ke dunia kerja sesuai dengan kebutuhan industri.
"Kami dari Kemendikbud Ristek akan mendorong kolaborasi dalam membangun ekosistem pendidikan dan kebudayaan berbasis lingkungan sosial melalui pendekatan STEAM (science, technology, engineering, art, and mathematics) agar memiliki dampak yang luas serta berkelanjutan. Kami berharap BIRU dapat berperan aktif dan menjadi bagian dalam mewujudkan ekosistem tersebut," ujarnya.