Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, YERUSALEM – Pasar saham hingga surat utang (obligasi) yang dipasarkan Israel dilaporkan mengalami penurunan nilai, hingga anjlok ke level terendah usai banyak bisnis melakukan penutupan.
Dampak serangan 5.000 rudal kelompok bersenjata Hamas ke wilayah Tel Aviv, Israel.
Menurut data yang dihimpun Reuters, indeks saham utama Tel Aviv anjlok lebih dari 7 persen, diikuti penurunan saham sektor perbankan sebanyak 9 persen. Sementara, harga obligasi pemerintah amblas sebesar 3 persen pada perdagangan Senin (9/10/2023).
Baca juga: Apa Itu Hamas? Kelompok yang Serang Israel, Berprinsip Tak akan Lepaskan Palestina
Tak hanya itu akibat serangan kelompok Hamas yang membabi buta dan menewaskan sedikitnya 700 warga Israel, kini mata uang shekel turun lebih dari 3 persen ke kisaran 3,9581 terhadap dolar, jadi yang terendah dalam 8 tahun terakhir.
Imbas kemerosotan ini, Bank sentral Israel (Bank of Israel) terpaksa menjual cadangan devisa (cadev) negara sebesar 30 miliar dolar AS. Sebagai upaya mendukung mata uang domestiknya yang telah anjlok tajam.
“Mata uang shekel sedikit terdevaluasi karena masyarakat Israel maupun asing mengurangi paparan mereka, seiring dengan meningkatnya risiko perang dengan Hamas. Oleh karenanya Bank Sentral akan mengurangi volatilitas shekel dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar dapat terus berfungsi dengan baik," jelas Bank of Israel.
Lebih lanjut, mencegah terjadinya krisis di tengah perang Kementerian Keuangan Bezalel Smotrich mulai bergerak mengarahkan para kepala departemen kementerian untuk segera menyediakan anggaran dana yang diperlukan.
Kementerian Keuangan bahkan turut menginstruksikan pabrik-pabrik di bawah naungan asosiasi produsen Israel untuk terus beroperasi, demi mengantisipasi terjadinya kelangkaan makanan dan produk penting lainnya.
"Semua perusahaan akan terus beroperasi semaksimal mungkin meskipun dalam kondisi darurat yang sulit. Kami akan terus memantau dengan seksama situasi di Israel dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan mendukung para pekerja kami," kata presiden asosiasi produsen Israel, Ron Tomer.
Maskapai Batalkan Penerbangan ke Israel
Kendati puluhan perusahaan akan terus beroperasi, namun memanasnya perang antara militan Hamas dan Israel membuat sejumlah maskapai penerbangan kompak membatalkan penerbangan ke Israel sejak Sabtu (7/10/2023).
Adapun maskapai penerbangan yang membatalkan penerbangan ke Israel diantaranya seperti Delta Air Lines dan American Airline, hingga Swiss Air, Austrian Airlines, dan Turkish Airlines.
Sementara maskapai penerbangan Jerman Lufthansa mengumumkan untuk mengurangi penerbangan ke Tel Aviv secara drastis hingga situasi perang merda.
"Keselamatan pelanggan dan kru kami adalah prioritas utama kami. Kami memantau situasi dengan cermat dan kami menyesuaikan jadwal penerbangan sesuai kebutuhan," kata salah satu maskapai asal AS.