Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail
TRIBUNNEWS.COM, MUARA ENIM - Sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap masyarakat sekitar, PT Pertamina EP Limau Field mengembangkan ekonomi masyarakat di Desa Air Talas, Kecamatan Rambang Niru, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan.
Para wanita di daerah tersebut mengolah jeruk menjadi sejumlah produk turunan yang memiliki nilai ekonomi. Jeruk yang diolah merupakan jeruk kualitas dua yang rasanya masam.
Melalui program BUDE ARTA MAJU (Ibu-Ibu Desa Air Talas Mengolah Jeruk), ibu ibu yang tergabung Kelompok Wanita Tani (KWT) Subur Makmur mengolah jeruk masam yang tadinya dijual dengan harga murah kemudian diolah menjadi makanan dan minuman.
Ketua KWT Komang Meliasih mengatakan Desa Air Talas merupakan salah sentra jeruk di Kabupaen Muara Enim, Sumatera Selatan. Selama ini petani jeruk di desanya selalu bingung apabila dalam panen, banyak jeruk yang masam. Jeruk jenis Siam tersebut terpaksa dijual dengan harga rendah daripada busuk tidak terpakai.
Untuk jeruk manis kata dia bisa dijual dengan harga Rp10.000-15.000 per kilogram. Namun untuk jeruk masam hanya dijual dengan harga Rp5000 per kilogram.
"Dalam satu pohon kan tidak semuanya manis, ada beberapa yang asam. Bahkan ada juga dalam satu pohon yang buahnya asam semua. Terpaksa kita jual dengan harga murah," kata dia saat ditemui Tribunnews.com di Desa Air Talas, Rabu (22/11/2023).
Baca juga: Belum Merata, Penyaluran Pembiayaan UMKM Masih Terpusat di Pulau Jawa dan Bali
Setelah masuknya PT Pertamina EP Limau Field, Ibu ibu diberi pelatihan untuk mengembangkan produk turunan dari jeruk. Secara bertahap ibu ibu KWT mampu mengembangkan produk mulai dari Pie Jeruk, kemudian berkembang ke Selai Jeruk, Sirup Jeruk, lalu Stik Jeruk. Setelah berulang kali uji coba, mereka mampu menciptakan produk yang enak dan layak jual.
"Awalnya beberapa kali gagal terutama sirup, kalau engga terlalu kental, warnanya hitam pekat," katanya.
Selain pelatihan, Pertamina EP Limau Field juga membantu mendirikan rumah produksi bagi KWT Subur Makmur. Rumah produksi tersebut menjadi tempat aktivitas KWT mengolah jeruk. Selain itu KWT juga mendapatkan pendampingan sehingga mendapatkan sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PPIRT) dan sertifikat halal.
Pendampingan juga dilakukan untuk memperkenalkan produk tersebut diantaranya dengan diikutkannya pada sejumlah acara atau pameran yang digelar Pemkab Muara Enim.
"Dari situ mulai banyak pesanan, terutama Pie Jeruk. Dalam sebulan pendapatan bisa mencapai Rp2 juta," katanya.
Agar produk olahan jeruk dapat dikenal lebih luas, KWT juga diberi pendampingan untuk memasarkan secara online melalui sejumlah platform e-commerce. Namun pemasaran secara online tersebut belum maksimal karena keterbatasan jaringan internet di Desa Air Talas.
Community Development Officer (CDO) Pertamina EP Limau Field Dedo Kevin Prayoga mengatakan, program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Bude Arta Maju bertujuan untuk menjawab permasalahan rendahnya harga jual jeruk siam kualitas dua yang rasanya masam.