Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyoroti petani yang sedang gembira pada tahun ini karena harga gabah sedang bagus.
Namun, situasinya berbeda dengan yang ada di hilir, di mana harga beras menjadi naik membuat orang-orang menderita.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rahmi Widiariani mengatakan, ini menjadi PR pihaknya.
Baca juga: Ketakutan Besar Terhadap Kenaikan Harga Beras Ketimbang BBM, Rawa Bakal Diubah Jadi Sawah
Hal ini disampaikan Rahmi dalam diskusi bertajuk "Peran Agro-input dalam Rantai Produksi Pangan Nasional" yang diadakan Nagara Institute, Rabu (6/12/2023).
"Kita harus jaga di hilir. Jangan sampai di hulu lagi happy karena dapat harga bagus, tapi di hilir menderita karena ternyata harga naik," kata Rahmi.
Ia mengatakan, ada juga petani sendiri yang terdampak akibat kenaikan harga beras ini karena ada sebagian dari mereka yang masih harus membeli beras.
"Ada sebagian petani yang harus mendapatkan tambahan uang untuk membeli beras yang ternyata sudah di atas Rp12 ribu saat ini untuk medium. Bahkan di beberapa wilayah mediumnya saja sudah mencapai Rp15 ribu," ujar Rahmi.
Adapun dikatakan Rahmi, dua tahun terakhir harga beras sedang naik terus.
Kemudian, nilai tukar petani (NTP) untuk petani tanaman pangan jadi meningkat karena Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat produsen saat ini ada di sekitar Rp6 ribu hingga Rp7 ribu.
Dia bilang, kalau harga GKP sudah di angka Rp6 ribu sampai Rp7 ribu, maka harga beras mustahil berada pada angka Rp10.500.
Baca juga: Chatib Basri Wanti-wanti Pemerintah Kalau Harga Beras Naik, Bakal Timbulkan Efek Luar Biasa
"Ini yang menjadi perhatian kita bersama. Badan Pangan Nasional punya proyeksi neraca pangan, kita siapkan untuk 2024 di bulan Desember ini," ujar Rahmi.
Ia mengatakan, Bapanas akan mempersiapkan situasi neraca pangan di 2024, serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
Contohnya jika produksi dalam negeri tidak dapat terpenuhi, khususnya untuk cadangan pangan pemerintah, maka impor harus direncanakan jauh-jauh hari.
Lalu, berapa jumlah pangan yang akan diimpor, pelabuhan mana yang akan jadi tujuan, berapa jumlah dan jenisnya, serta pada bulan apa akan tiba. Ini agar produksi dalam negeri tidak tertekan.
"Tugas dari Bapanas adalah menjamin ketersediaan pangan antar waktu antar wilayah," ujar Rahmi.