News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Edukasi Perencanaan Keuangan Lebih Diterima Masyarakat Ketimbang Program Tapera

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Massa buruh menggelar aksi unjuk rasa menolak iuran wajib untuk program Tapera yang dipotong dari penghasilan bulanan mereka di kawasan patung kuda, Jakarta Pusat, Kamis (6/6/2024). Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Skema tabungan wajib untuk perumahan lewat iuran BP Tapera yang memungut gaji karyawan 0,25 persen per bulan mendapat gelombang penolakan, tidak hanya dari elemen organisasi buruh tapi juga para pekerja kantoran terutama yang sudah memiliki rumah.

Penolakan juga dilontarkan asosiasi dunia usaha yang tergabung dalam Apindo.

Mereka menilai, keharusan membayar iuran setiap bulan untuk program Tapera hanya menjadi beban tambahan bagi pekerja muda yang sudah menghadapi tantangan biaya hidup yang tinggi.

CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan, tantangan yang dihadapi oleh generasi milenial dan Gen Z sangat kompleks, mulai dari harga properti yang terus meningkat hingga pengelolaan utang dan biaya hidup tinggi.

Menurutnya, edukasi perencanaan keuangan jangka panjang akan lebih efektif dalam meningkatkan kepemilikan rumah serta jauh lebih diterima masyarakat.

“Edukasi finansial yang tepat kepada generasi muda dapat mengembangkan kebiasaan keuangan yang baik sejak dini, sehingga tidak hanya membantu dalam membeli rumah pertama mereka tetapi juga menanamkan disiplin finansial yang bermanfaat untuk masa depan mereka,” kata Johanna saat dihubungi, Jumat (14/6/2024).

Perencanaan keuangan akan membantu milenial dan gen Z untuk menetapkan prioritas dan tujuan hidup yang jelas, termasuk menentukan kapan mereka ingin membeli rumah.

Baca juga: Apindo: Sikap Buruh dan Pengusaha Sama, Tolak Gaji Pekerja Dipotong untuk Iuran Tapera

Hal yang pertama setelah mengetahui estimasi harga rumah impian adalah menentukan target tabungan dan hitung berapa yang harus disisihkan dari penghasilan bulanan agar dapat membayar DP rumah.

Juga perlu mempertimbangkan faktor harga rumah yang akan naik setiap tahunnya sehingga perlu dihitung pula potensi kenaikan harga rumah idaman untuk tahun-tahun yang akan datang.

Sebelum memutuskan menabung untuk rumah impian, sebaiknya lunasi utang maupun kredit lain dahulu agar beban pengelolaan keuangan semakin ringan.

“Salah satu kunci dari perencanaan jangka panjang adalah disiplin. Pola hidup yang konsumtif dengan menghabiskan uang untuk hal-hal yang bukan kebutuhan primer tentu akan menyulitkan untuk mendukung perencanaan keuangan jangka panjang,” tuturnya.

Selain menabung dari pendapatan utama, mulailah untuk melek instrumen investasi yang mampu menghasilkan tambahan pendapatan untuk mempercepat mencapai target yang ditetapkan di awal, selain itu bisa juga mempertimbangkan untuk mencari penghasilan tambahan melalui side job.

Baca juga: Dana Tapera Sebagian Besar Dialokasikan ke Surat Utang, Ada Dugaan Biayai Proyek IKN

Di era digital ini, teknologi memainkan peran penting dalam perencanaan keuangan.

Aplikasi perencanaan keuangan dan manajemen anggaran dapat membantu mengontrol pengeluaran dan memantau tabungan secara lebih efisien, seperti aplikasi pengelolaan anggaran untuk mencatat setiap pengeluaran dan pendapatan, serta memberikan gambaran menyeluruh tentang kesehatan keuangan.

Kemudian, kaum milenial dan gen Z juga dapat memanfaatkan aplikasi tabungan dan investasi yang menawarkan berbagai instrumen investasi seperti reksadana, saham, dan obligasi yang bisa dipilih sesuai dengan profil risiko masing-masing, dengan berinvestasi secara rutin, selain bisa meningkatkan nilai tabungan juga akan mempercepat tujuan membeli rumah.

Baca juga: Dana Iuran Pekerja di Tapera Akan Diinvestasikan ke Obligasi, Ini Alasannya

Saat ini sudah banyak bank maupun lembaga keuangan yang menawarkan kalkulator kredit di situs web mereka sehingga memungkinkan untuk kaum milenial dan gen Z memasukkan berbagai skenario pembayaran dan bunga untuk mendapatkan gambaran berapa yang harus dibayarkan setiap bulan.

Berdasarkan data dari Kementerian PUPR tahun 2019, tercatat 81 juta jiwa generasi milenial di Indonesia belum memiliki rumah sendiri.

Faktor utama yang menyebabkan rendahnya kepemilikan rumah di kalangan generasi muda ini antara lain, harga properti yang terus meningkat dan penghasilan yang belum cukup untuk memenuhi syarat kredit rumah, seperti yang dicatat oleh Bank Indonesia, bahwa indeks harga properti residensial di kuartal II tahun 2024 meningkat 1,92 persen secara tahunan (year on year).

Dari data tersebut tentu dapat disimpulkan bahwa generasi milenial dan gen Z akan semakin kesulitan membeli rumah ke depannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini