News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

10 Tahun Setia Pakai Biogas Kotoran Sapi, Warga Umbulharjo Sleman Bebas dari Ketergantungan Pada LPG

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Naryo Sutrisno, ayah Dewi Astuti, sedang membersihkan kotoran sapi di kandang samping rumahnya di Balong Wetan Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta.

Tetapi pasca erupsi gunung Merapi, lebih kurang sejak tahun 2011 silam, kotoran sapi telah diolah menjadi biogas.

Biogas ini dimanfaatkan untuk kebutuhan memasak setiap hari.

Nyala api dari biogas sendiri tak berbeda jauh dengan kompor elpiji. Padahal gas kompor yang dipakai Dewi Astuti berasal dari biogas hasil pengolahan kotoran sapi.

Penggunaan gas alami ini mampu menghemat pengeluaran, terutama ketergantungan membeli gas tabung elpiji tiga kilogram.

Naryo Sutrisno mengolah biogas dari kotoran sapi melalui proses pengadukan dengan air sebelum dimasukkan ke biogester, untuk memproduksi biogas di kediamannya di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.

"Kalau tidak pakai biogas, biasanya dalam satu bulan membutuhkan gas elpiji 3 kilogram 4 tabung."

"Sekarang, paling hanya beli satu tabung, buat jaga-jaga aja. Harga satu tabung elpiji di sini Rp20 ribu sampai Rp22 ribu. Sebulan kira-kira bisa menghemat Rp 60 ribuan (atau sekitar Rp720 ribu setahun)," kata Dewi.

Sudah lebih dari satu dekade perempuan berusia 42 tahun ini bersama ayahnya, Naryo, menggunakan biogas.

Menurut dia, memasak pakai biogas hampir sama dengan gas elpiji, tidak ada beda. Malah justru pakai biogas memiliki beberapa keuntungan.

Sebab selain lebih menghemat, pengeluaran juga lebih efektif dan cepat. "Karena keluar apinya besar. Jadi kalau buat masak cepat," katanya.

Dewi mengandalkan biogas untuk memasak segala macam kebutuhan, mulai dari menggoreng, masak sayur, hingga masak air.

Dewi Astuti warga Balong Wetan, Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, sedang memasak menggunakan api biru yang bersumber dari biogas hasil pengolahan kotoran sapi (Tribun Jogja/Ahmad Syarifudin)

Namun pemanfaatan biogas untuk kebutuhan rumah tangga bukan bebas kendala.

Ada beberapa masalah, terutama di level produksi. Pertama, di biaya pembuatan intalasi yang relatif tinggi bagi masyarakat desa,

Hal ini di samping juga kurangnya bahan baku kotoran ternak yang setiap hari harus diolah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini