News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kalau Ekonomi RI Mau Tumbuh 8 Persen, Siapkan Dulu Anggaran 3.905 Triliun di APBN 2025

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekonom Drajad Wibowo pada sesi wawancara khusus di Studio Tribun Network, Jakarta, Jumat (8/12/2023). Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia bisa merealisasikan target ambisius pertumbuhan ekonomi 8 persen jika pemerintah juga punya anggaran belanja negara yang memadai di APBN.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dradjad Wibowo, dalam analisisnya bilang, untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8 persen di 2025 seperti ambsi Presiden terpilih Prabowo Subianto, butuh anggara Rp3.905 triliun di APBN 2025.

Drajad mengatakan, besaran anggaran belanja negara di APBN 2025 mau tidak mau memang harus lebih besar jika dibandingkan di APBN 2024 dan tahun-tahun sebelumnya karena target pertumbuhan ekonomi yang ingin diraih juga tinggi.

Untuk tahun 2026 Drajad mengatakan, anggaran APBN 2026 harus mencapai Rp4.319 triliun lalu naik lagi menjdi Rp4.807 triliun di APBN 2027 serta Rp5.390 triliun di APBN2028, dan Rp6.096 triliun pada APBN 2029.

Dengan demikian target pertumbuhan ekonomi 8 persen di periode pemerintahan Prabowo Subianto akan bisa tercapai.

Dradjad memprediksi, jika pengeluaran belanja negara dapat dilakukan dengan skema yang ia rekomendasikan, maka ekonomi Indonesia dapat mencapai 8,85 persen.

Belanja negara yang dimaksud dialokasikan untuk investasi fundamental. Investasi fundamental seperti di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan kelembagaan.

Namun, jangan mengharapkan pertumbuhan tinggi dalam jangka pendek dari investasi ini karena terdapat jeda waktu.

“Saya sudah mengevaluasi berbagai jalur untuk pertumbuhan tinggi. Yang paling potensial adalah stimulus Keynesian,” papar Dradjad.

Ia melanjutkan, stimulus Keynesian dapat dipahami sebagai kebijakan fiskal pemerintah untuk menggenjot permintaan agregat agar ekonomi tumbuh tinggi, atau agar tidak anjlok saat kondisi menurun.

Baca juga: Ekonom: PPN 12 Persen Bakal Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025

Ia mengatakan, tiga hal potensial yang bisa menjadi fokus stimulus Keynesian.

Yang pertama adalah kebijakan produktifitas tenaga kerja yang tepat mengatasi kesenjangan produktifitas yang masih tinggi.

Kemudian, terobosan memaksimalkan efek pertumbuhan jangka pendek dari investasi pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan kelembagaan. Dan yang terakhir hilirisasi dan modernisasi sebagai perubahan struktural harus diprioritaskan.

Baca juga: Bank Indonesia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 4,7 Sampai 5,05 Persen di 2024

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini