Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki tampak menggebu-gebu ketika membahas susu ikan.
Susu ikan tengah ramai dibicarakan karena diisukan akan menjadi salah satu menu dalam program andalan Presiden Terpilih RI 2024-2029 Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG).
Meskipun belum ada penjelasan resmi mengenai hal ini dari Prabowo atau Badan Gizi Nasional yang akan menjalankan program, isu mengenai susu ikan telah ramai diperbincangkan.
Baca juga: Pakar: Kandungan Nutrisi Berbeda, Susu Ikan Tak Bisa Gantikan Susu Sapi
Teten menjadi salah satu orang yang vokal dalam penggunaan susu ikan.
Ia meyakini bahwa susu ikan dapat menjadi solusi yang efektif, mengingat Indonesia masih sangat bergantung pada impor susu sapi.
Ketika membahas ini saat acara pertemuan bersama redaktur media di kantornya pada Senin (7/10/2024), Teten sampai beberapa kali mengangkat tangannya yang menandakan bagaimana menggebu-gebu dirinya membahas susu ikan ini.
Menurut dia, penggunaan susu ikan ini penting karena Indonesia sudah tidak mungkin swasembada susu sapi.
Sejak dirinya masih menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan, ia mengaku pernah berbicara dengan beberapa ahli bagaimana Indonesia tidak mungkin bisa swasembada susu.
"Hari ini kita impor 80 persen. Itu hanya kita minum susu dua sendok makan sehari per orang. Coba kalau kita naikin setengah liter, hampir enggak mungkin lagi kita swasembada daging maupun susu sapi," kata Teten.
Teten pun menilai bahwa susu ikan bisa menjadi alternatif. Pasokan ikan di Indonesia juga disebut sangat banyak.
Baca juga: Soal Izin BPOM Produk Susu Ikan, KKP: Sudah Diajukan
Jika ekstrak proteinnya bisa diolah menjadi susu, Teten menyebut ini bisa menjadi salah satu produk bergizi yang diandalkan.
"Nah kita punya ikan yang sangat murah, sehingga kalau kita bisa bikin ekstrak proteinnya, bisa dibikin salah satu derivatif produknya adalah susu. Ikannya ini ikan murah. Ikan rucah," ujar Teten.
Namun, Teten menyadari bahwa tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah masalah rasa.
Banyak masyarakat yang menganggap susu ikan memiliki aroma amis.
Baca juga: Peneliti BRIN: Susu Ikan Tidak Bisa Gantikan Susu Sapi, Sifatnya Hanya Melengkapi
Meski demikian, Teten percaya bahwa dengan menambahkan rasa seperti cokelat, produk ini dapat diterima dengan baik.
Lebih lanjut, menurut dia ini hanyalah masalah mindset atau pola pikir. Jika orang tak diberi tahu bahwa yang diminum adalah susu ikan, rasanya tak akan dikeluhkan.
"Saya kasih orang (susu ikan), tapi tidak saya kasih tahu bahwa ini susu ikan, (saya kasih tahunya) ini susu sapi. Gimana rasanya? Sama. Ya ini susu aja. Tapi kalau begitu kita kasih nama ikan, orang langsung kan, begitu kita berpikir ikan, amis lah ini itu. Jadi mindset kita," ucap Teten.
"Jadi rasa susunya enggak terlalu penting. Tapi orang itu kalau disuplai, ada itu daya belinya. Kita enggak mungkin bisa swasembada (susu sapi). Jadi banyak lagi potensi yang kita bisa bikin," pungkasnya.