Mereka menuntut upaya yang lebih kuat dari pemerintah untuk mengatasi wabah corona.
Presiden Emmanuel Macron menyebut pandemi ini membuat Perancis mengalami krisis kesehatan paling mengerikan.
Meskipun begitu, dia juga tidak membatalkan pemilihan lokal yang akan diadakan pada Minggu.
Pantas saja kebijakan ini dikritik oleh publik Perancis.
Sebab jumlah infeksi di negara mode ini melonjak hingga melewati angka 4.000 pasien.
Sementara total kematian sejumlah 91 jiwa.
Baca: Bareskrim Tangkap Rizal Terduga Penyelundupan Ratusan Warga Sri Lanka ke Perancis
Baca: 5 Fakta Lengkap Tes Virus Corona yang Harus Diketahui, Alur Pemeriksaan hingga Hasil Tes Terungkap
Para demonstran memenuhi jalanan Paris dan menyerukan tuntutan untuk mengetes semua orang atas Covid-19 dan menggelontorkan lebih banyak dana khusus penanganan pandemi ini.
Persatuan Mahasiswa Nasional Perancis turut dalam aksi demo itu, mereka menilai pemerintah tidak cukup jauh menanggapi keadaan ini.
Sementara itu, perdana menteri Philippe menilai orang-orang Perancis agak sangsi dengan keharusan 'menjaga jarak' karena wabah ini.
Sebab orang-orang Perancis terkenal suka berkumpul, bersenang-senang, dan hidup bersama.
"Mungkin ada lebih ketakutan terkait hal ini," ujar Philippe.
"Kami lihat terlalu banyak orang di kafe dan restoran. Pada waktu biasa ini membuatku bahagia."
"Tetapi selama beberapa minggu, ini bukan hal yang seharusnya kita lakukan," jelasnya merujuk pada tempat-tempat umum beresiko penyebaran Covid-19.
Kini Perancis resmi melakukan lockdown, seperti halnya sejumlah negara Eropa lain seperti Italia, Denmark, Polandia, dan Spanyol.