TRIBUNNEWS.COM - Dokter spesialis paru RS Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr. Erlina Burhan, Sp. P (K)., M. Sc., pH. D., menerangkan mengenai protokol penggunaan masker.
Menurut Erlina, masker bedah dapat digunakan oleh masyarakat yang memiliki gejala flu atau influenza.
"Masker bedah ini bisa dipakai oleh masyarakat, tapi bila mana ada gejala flu atau influenza, atau pada masyarakat yang batuk, bersin, hidung berair, demam, dan nyeri tenggorokan," jelas Erlina dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube BNPB, Rabu (1/4/2020).
"Sedangkan bagi tenaga medis, ini dipakai di fasilitas layanan kesehatan," sambungnya.
Lebih lanjut, Erlina menerangkan, masker bedah memiliki perlindungan terhadap droplet.
Akan tetapi, masker bedah tidak dapat melindungi partikel yang ada di aerosol dan airborne.
"Jadi memang dipakai untuk melindungi kita dari droplet yang dikeluarkan oleh orang lain, tapi memang tidak bisa melindungi terhadap partikel yang ada di aerosol ataupun partikel di airborne," terangnya.
"Efektivitasnya adalah bisa memfiltrasi 30 hingga 95 persen partikel dengan ukuran 0,1 mikron," sambungnya.
Akan tetapi, Erlina menambahkan, masker bedah tidak dapat seutuhnya menutupi wajah.
Baca: Ganjar Pranowo dan Dokter Spesialis Paru Beri Imbauan Penggunaan Masker untuk Cegah Penularan Corona
Masker ini pun sebetulnya merupakan masker sekali pakai dengan durasi pemakaian tergantung pada kondisi masker.
"Tapi, (masker bedah) tentu ada kebocoran dari samping kiri-kanan karena tidak sepenuhnya sempurna bisa menutupi wajah," kata Erlina.
"Ini sebetulnya tidak bisa dipakai berulang kali jadi ini sekali pakai dan durasinya tergantung kondisi, kalau sudah basah harus segera diganti," tambahnya.
Erlina pun menyampaikan, penggunaan masker memang merupakan satu diantara banyak cara untuk mencegah penularan virus corona (COVID-19).
Namun, ia menekankan, pencegahan menggunakan masker tetap harus dibarengi dengan kebiasaan mencuci tangan, perilaku hidup sehat, dan menjaga jarak.