Menurut Worldometers pada Selasa (14/4/2020), dunia telah mencatatkan 1.924.662 kasus Corona.
Baca: MA, Kejagung dan Kemenkumham Sepakat Gelar Sidang Online Selama Pandemi Corona
Baca: Di Tengah Pandemi Corona, Kapal Pesiar Misterius Terlihat Lintasi Perairan Raja Ampat
Sementara itu jumlah kematian mencapai 119.691 dan angka kesembuhan sebanyak 445.005.
Amerika Serikat memiliki jumlah infeksi dan kematian terbanyak di dunia.
Jarak jumlahnya pun sangat jauh dari Spanyol dan Italia, yakni 586.941 untuk jumlah kasus infeksinya sendiri.
"Keterhubungan global kita berarti risiko pengenalan kembali dan kebangkitan penyakit ini akan terus berlanjut," jelas Tedros memperingatkan.
Tedros mengatakan bahwa meski virus corona sangat cepat, namun virus ini juga melambat dengan sangat lambat.
"Dengan kata lain, jalan turun jauh lebih lambat daripada naik," katanya.
Tedros merujuk pada langkah-langkah kontrol harus dilonggarkan secara perlahan dan masih dengan pengamatan yang ketat.
Menurutnya, langkah ketat dalam mengontrol pandemi tidak seinstan itu, butuh waktu untuk benar-benar memastikan.
"Langkah-langkah pengendalian hanya dapat dicabut jika langkah-langkah kesehatan masyarakat yang tepat ada, termasuk kapasitas yang signifikan untuk pelacakan kontak," katanya.
Baca: Khawatir Kebangkitan Covid-19, WHO Ingatkan Jangan Buru-buru Longgarkan Lock Down
Baca: Bisakah Lemon, Mangga dan Durian Cegah Infeksi Virus Corona? Begini Penjelasan WHO
Namun terlepas dari semua upaya kontrol sosial itu, WHO mengakui bahwa vaksin masih menjadi pilihan paling efektif dalam mengendalikan wabah.
Vaksin diperkirakan setidaknya 12 hingga 18 bulan lagi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)