News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Cerita Perawat Pasien Covid-19 Tahan Dahaga di Balik Panasnya Baju Hazmat Selama 8 Jam

Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Petugas medis dengan memakai alat pelindung diri (APD) lengkap melakukan pemeriksaan swab kepada pasien yang telah mendaftarkan diri di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (23/4/2020). Labkesda Kota Depok sudah bisa melakukan uji PCR (polymerase chain reaction) untuk memeriksa swab lendir para pasien suspect Covid-19, yang selama ini hanya bisa dilakukan di Jakarta. Tribunnews/Herudin

"Tapi namanya panggilan tugas saya harus maju, saya minta dukungan dari orang tua. Mereka doakan, ikhlaskan artinya maju saja, kita didukung. Dan terasa sekali dukungan orangtua dan keluarga ke kita saat bertugas," lanjutnya.

Samuel Salen selaku perawat pasien infeksi corona di Eka Hospital saat ditemui di Wisma Tamu, Puspiptek, Setu, Kota Tangsel (Warta Kota/Rizki Amana)

Belum habis sampai disitu, tantangan baru pun harus dihadapinya saat dipastikan tugas pertamanya sebagai perawat pasien positif corona di pertengahan Maret lalu.

Sebab, saat tugas mulai dilaksanakan dirinya bersama perawat lain harus bertugas di tengah suasana yang kurang nyaman.

Alasannya, alat pelindung diri harus terus terpakai selama minimal delapan jam saat bertugas.

Banyak hal yang tak dapat diungkapkan dirinya saat bertugas mengenakan seragam kedap udara tersebut.

"Kita lebih sering pakai APD, APD itu lengkap dari keseluruhan dari baju hazmat, masker penutup kepala, sarung tangan, bot (sepatu). Nah itu yang dirasakan enggak bisa gantian jadi di pakai sepanjang bertugas," ungkap Samuel.

Baca: Achmad Yurianto: 1.000 Lebih Rumah Sakit Rujukan Telah Merawat Pasien Covid-19

"Kendalanya kalau siang panas, gerah itu yang sering dikeluhkan sama kami karena panas sekali. Sampai mau minum pun enggak bisa karena benar-benar dibatasin pergerakan juga," katanya.

"Makan minum tuh habis selesai shift (pergantian tugas) baru kita bisa lepas baju, lepas APD baru bisa makan minum," sambungnya.

Sebagai perawat medis, tentu keutamaan melayani pasien menjadi tanggung jawab dirinya.

Tak sedikit kisah yang didapatinya dalam merawat pasien positif corona, terlebih pasien tersebut didominasi orang lanjut usia (lansia).

Namun, atas dasar panggilan porfesinya ia pun rela untuk berjuang menyelamatkan nyawa pasien yang dirawatnya.

"Jenuh pasti ya. Kalau jenuh coba cari hal-hal distraksi gitu. Jadi keingat orangtua, doa juga dalam hati, saling menguatkan antar tim kami sambil bercanda. Biar rasa jenuh itu enggak ada cara seperti itu yang kami perbuat," katanya.

Di tengah situasi wabah virus corona, tenaga medis menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien virus corona.

Tentunya, dukungan serta motivasi masyarakat menjadi senjata utama lara tenaga medis untuk tetap tegar merawat pasien positif corona di sela potensi besar tenaga medis terinfeksi virus corona. (m23).

Penulis: Rizki Amana

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Cerita Tenaga Medis Atasi Pengap Seragam APD dan Rasa Jenuh Selama Melayani Pasien Positif Corona

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini