“Awalnya ada 5 orang diberi terapi itu di China, kemudian ditambah 10 orang lagi. Kemudian ada 2 orang lagi di China. Itu artinya di dunia sampai saat ini baru ada 17 orang yang diberikan terapi tersebut,” tambah David.
David menjelaskan para pasien di China yang diberikan convalescent plasma mengalami penyembuhan yang lebih cepat.
Kemudian tingkat keparahan pada saluran pernapasan menjadi berkurang.
Meski demikian, David mengatakan terlalu dini untuk berkesimpulan seperti itu.
David mengungkapkan Infectious Diseases Society of America (IDSA) telah mengeluarkan rekomendasi yang menyebutkan convalescent plasma bukanlah pengobatan terakhir.
"Masih belum banyak pengalaman klinis. Butuh studi lebih banyak yang diobservasi secara ketat untuk membuktikan efektivitasnya,” ujarnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terapi Plasma Darah Efektif Sembuhkan Covid-19, Benarkah?".
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang P) (Kompas.com/Sri Anindiati Nursastri)