Untuk mencegah penyebaran, ia membuat sendiri cairan desinfektan dan hand sanitizer.
"Istri enggak gelisah, dia udah paham kerjaan suaminya seperti apa. Dia bikin cairan desinfektan dan hand sanitizer sendiri untuk mencegah penyebaran," kata pria dua anak tersebut.
Petugas lainnya, Kasman (42) juga tak mau menjadi pembawa virus di lingkungan tempat tinggalnya bahkan di dalam keluarganya sendiri.
Ia dan rekan-rekan penggali kubur lainnya sudah menyiapkan alat-alat mandi, sabun dan shampoo untuk keperluan mereka membersihkan diri sebelum pulang.
"Saya mandi dulu bersih-bersih di kamar mandi. Bahkan kita khusus membeli alat-alat mandi, kayak sabun, shampoo dan sabun buat nyuci baju. Ketika pulang, juga enggak pakai baju dinas lagi," lanjutnya.
Meski sudah mandi di area pemakaman, Kasman akan mandi lagi ketika sampai di rumah.
Hal baru ini dilakukan agar ia merasa benar-benar bersih.
"Sampai rumah saya mandi lagi, jadi dua kali mandi. Terus terang aja biar menjamin lah. Kita menjaga diri apalagi kan dekat sama anak dan keluarga," tambahnya.
Aib, pria yang bertugas sebagai pengangkut peti juga sepakat dengan Kasman dan Anan.
Ia tak ingin membawa virus itu kepada keluarga tercinta di rumah.
"Besar banget rasa khawatir saya. Cuman karena kerjaan kita masa keluarga harus kena. Makanya kita sebersih mungkin di lapangan baru bisa pulang. Kita udah yakin selanjutnya terserah yang maha kuasa," pungkasnya.
Jenazah Datang dengan Cepat
Sejak pertengahan bulan Maret silam, para petugas dinas pemakaman di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur tak henti bergelut dengan pacul dan gundukan tanah demi membuat lubang-lubang jenazah Covid-19.
Setiap hari, lubang-lubang itu terisi oleh peti-peti jenazah yang dibawa ambulans.