"Jadi bukan keluar, kalau keluar artinya ada orang lain yang terserang."
"Tiga kali data itu ke kami kemudian saya koreksi, coba cek ini kenapa ini ada yang baru, setelah dicek mereka punya KTP Surabaya tapi dia sudah tinggal di luar kota bertahun-tahun," jelas wali kota ini.
"Artinya data kami sesuai tracing itu aman karena tidak keluar dan tidak ada data baru, seperti itu."
"Jadi begitu dia ada di kampung, maka satu kampung itu merupakan ODR (Orang Dalam Risiko) kemudian setelah itu kit agolongkan, ada yang OTG, ODP, PDP, ada yang confirm. Itu cara kami," terang Risma.
Baca: Virus Corona di Surabaya dan Jabodetabek Memiliki Perbedaan JenisĀ
Baca: PSBB Surabaya Raya Berakhir Kini Terapkan Masa Transisi, Pemprov Jawa Timur Siapkan Pakta Integritas
Jadi bila ada satu orang positif Covid-19 di sebuah kampung, maka akan diadakan rapid tes massal di tempat tersebut.
Risma tidak langsung melakukan tes swab karena hasilnya sangat lama, bisa mencapai tiga minggu dan satu bulan.
Sehingga pemkot Surabaya tidak bisa segera mengisolasi orang-orang yang terindikasi Covid-19.
Ditakutkan pasien tersebut akan menularkan ke kontak terdekat maupun warga di kampungnya, terlebih di wilayah padat penduduk.
"Begitu nemukan satu positif di tempat yang padat, dari data apakah itu dia ODR, OTG itu kemudian satu kampung itu kami lakukan tes setelah kami punya alat," tegas Risma.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Surya/Pipit Maulidiya)