Penelitian eksperimental tersebut diperkuat oleh hasil riset Voxpopuli Center.
Berdasarkan hasil riset 16 Mei sampai 1 Juni melalui sambungan telepon terhadap 1200 responden, masyarakat lebih khawatir terhadap dampak ekonomi ketimbang kesehatan.
"Riset tersebut menemukan 67,4 persen lebih takut dampak ekonomi dibanding pandemi virus terhadap kesehatan yang hanya 25,3 persen," katanya.
Sementara itu kajian data lembaga riset internasional Gallup Poll yang melakukan survei di Amerika menemukan fakta bahwa terjadi perubahan kekhawatiran masyarakat dari yang awalnya takut pandemi virus menyerang kesehatan, menjadi khawatir pandemi berdampak pada ekonomi.
"Pada bulan April , dan di minggu pertama Mei. Masyarakat di Amerika lebih banyak khawatir virus menyerang kesehatan mencapai 57 persen. Sementara yang khawatir virus berdampak pada ekonomi Hanya 49 persen. Di pertengahan Mei atau 11-17 Mei, terjadi perubahan yakni yang khawatir terdapat dampak ekonomi 53 persen, sementara cemas terpapar virus 51 persen," tuturnya.
Dari kajian terhadap tiga data Sekunder itu menurut Rully, LSI Denny JA menyimpulkan bahwa masyarakat kini lebih khawatir pandemi Corona berdampak pada ekonominya, ketimbang pada kesehatannya.
"Kecemasan publik atas kesulitan ekonomi kini melampaui kecemasan publik atas terpapar Corona," pungkasnya.