TRIBUNNEWS.COM - Sebuah penelitian baru dari pemeritah AS menimbulkan keraguan pada klaim virus tersebut berasal dari laboratorium Wuhan, China.
Pasalnya, sebuah gen yang membantu penyebaran virus corona pada manusia, nampaknya mengurangi infektivitas virus kelelawar yang serupa.
Virus raTG13, yang ditemukan di kotoran kelelawar tapal kuda di sebuah gua di barat daya China, adalah sepupu yang paling dekat dengan virus corona baru.
Bahkan mereka memiliki lebih dari 96 persen kesamaan gen.
Perbedaan terbesar di antara mereka adalah paku, atau protein yang mengikat virus ke sel inang.
Di laboratorium penyakit menular vektor yang ditanggung vektor Food and Drug Administration (FDA) di Maryland, Dr Tony Wang dan rekannya melakukan percobaan.
Baca: Ilmuwan Wuhan Desak Donald Trump Minta Maaf atas Klaim Virus Corona Berasal dari Kebocoran Lab
Hal itu untuk melihat apa yang akan terjadi pada raTG13, jika diberi lonjakan yang mirip dengan Sars-CoV-2, virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Sebelumnya para pejabat pemerintah AS termasuk Presiden Donald Trump dan Sekretaris Negara Mike Pompeo, mengklaim teori wabah Covid-19 dimulai di laboratorium di Wuhan.
Dr Wang menolak mengomentari teori itu, tetapi mengatakan karyanya dimaksudkan untuk menyelidiki sesuatu yang hanya bisa terjadi di laboratorium.
"Di alam, tidak ada bukti ada virus kelelawar yang membawa sisipan PRRA," katanya dalam menanggapi, South China Morning Post.
PRRA adalah penyisipan empat asam amino dalam genom virus corona yang dapat menyebabkan perubahan kecil tapi penting dalam struktur lonjakan protein.
Dengan struktur baru, lonjakan dapat membelah lebih mudah, dan ini memungkinkan amplop virus untuk berfusi dengan membran sel manusia lebih efisien.
Para ilmuwan telah menemukan struktur yang serupa pada patogen lain yang sangat menular.
Seperti human immunodeficiency virus (HIV), tetapi tidak pada virus corona.