TRIBUNNEWS.COM - Sebuah studi terbaru mengungkapkan kondisi kesehatan pada pasien Covid-19 yang telah sembuh.
Penelitian yang diunggah di jurnal Brain, Behavior, and Immunity itu menunjukkan, lebih dari separuh pasien Covid-19 yang menerima perawatan di rumah sakit menderita gangguan kejiwaan, sebulan setelah mereka pulih.
Dilansir Guardian, dari 402 pasien yang dipantau setelah dirawat karena virus Corona, 55 persen dari mereka ditemukan setidaknya satu orang memiliki gangguan kejiwaan.
Hal itu dikemukakan oleh para ahli dari rumah sakit San Raffaele di Milan.
Berdasarkan wawancara klinis dan kuesioner penilaian diri, 28 persen dari pasien sembuh Covid-19 menunjukkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), 31 persen mengalami depresi, dan 42 persen menderita kecemasan.
Baca: Tak Percaya Virus Corona Ada, 14 Anggota Keluarga Positif Covid-19 dan 1 Orang Meninggal di Texas
Baca: Soal Klaim Obat Virus Corona Hadi Pranoto, Eks Jubir Penanganan Covid: Ini Pembodohan Namanya
Seain itu, 40 persen pasien mengalami insomnia.
20 persen dari pasien yang diteliti memiliki gejala obsesif-kompulsif (OCD).
Temuan ini akan meningkatkan kekhawatiran tentang efek psikologis akibat virus.
Makalah tersebut, yang diterbitkan Senin (3/8/2020), menunjukkan, PTSD, depresi berat, dan kegelisahan adalah kondisi berat yang dialami pasien sembuh cOVID-19, terutama yang hidup dengan disabilitas.
"Mengingat dampak mengkhawatirkan dari Covid-19 pada kesehatan mental, ini adalah wawasan terkini tentang peradangan dalam psikiatri, dan ini mengarah pada depresi yang lebih buruk."
"Kami merekomendasikan untuk menilai psikopatologi dari penderita Covid-19 yang sembuh, dan untuk memperdalam penelitian tentang peradangan biomarker, untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi kejiwaan yang muncul," bunyi makalah.
Baca: Bebas Virus Corona 99 Hari, Munculnya Kasus Baru di Vietnam Bangkitkan Ketakutan Masyarakat
Baca: Bukan Konspirasi, Virus Corona Ancaman Nyata di Sekitar Kita
Sementara itu, sebuah studi terhadap 265 pria dan 137 wanita yang menemukan wanita lebih kecil kemungkinannya meninggal karena Covid-19, lebih menderita secara psikologis daripada pria.
Diberitakan Guardian, pasien dengan diagnosis psikiatrik positif sebelumnya disebut lebih menderita dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat gangguan kejiwaan.
Para peneliti, yang dipimpin oleh Dr Mario Gennaro Mazza, mengatakan hasil ini konsisten dengan studi epidemiologi sebelumnya.