"Kalau negara seperti Selandia Baru atau Australia, yang penyakit lainnya cenderung terkendali, maka sinergitas itu tidak terpenuhi," kata Dicky.
Namun, Dicky mengungkapkan bahwa kondisi Covid-19 di Indonesia saat ini sudah tepat untuk disebut sebagai sindemi. "Kalau Indonesia sudah pas.
Misal sindemi Covid-19 pada anak. Infeksi Covid-19 pada anak di Indonesia memang secara angka belum terlalu kelihatan, karena rendahnya cakupan tes pada anak," ujar Dicky.
"Tapi kalau dibandingkan dengan negara lain kita salah satu yang paling tinggi.
Nah, kalau kita lihat dari aspek sindemi, angka infeksi Covid-19 pada anak di Indonesia itu tinggi karena cakupan imunisasi bisa jadi pada masa pandemi ini menurun," imbuhnya.
Cakupan imunisasi itu akan memengaruhi banyak aspek lain, terutama daya tahan tubuh dari anak dan potensi infeksi wabah lain.
Selain itu, Dicky juga menyebut stunting di Indonesia termasuk epidemik.
"Stunting di Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia, dan ini berkontribusi pada Covid-19. Jadi kalau melihat sindemi kayak gitu. Selain itu kalau sindemi pada anak juga ada masalh lain, yaitu sanitasi dan hygiene," kata Dicky.
"Walaupun di kota, tapi kalau di lingkungan kumuh, itu sanitasi dan hygiene-nya jelek. Nah ini berkontribusi pada anak yang tinggal di lingkungan itu untuk cenderung memiliki daya tahan tubuh rendah, gizi buruk, sehingga ketika orang tuanya terinfeksi Covid-19, kemungkinan dia terinfeksi akan lebih mudah. Nah sindemi seperti itu analisisnya," katanya melanjutkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Muncul Istilah Sindemi Covid-19, Apa Itu?"