"Salah satu hari baik itu adalah hari kelahiran," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (26/1/2021).
"Jadi memang tidak ada satu aturan yang baku tentang memilih sesuatu di hari kelahiran," jelasnya.
Baca juga: Presiden Jokowi Targetkan Akhir 2022 Seluruh Desa di Indonesia Sudah Miliki Akses Internet
Baca juga: Rantai Penularan Covid-19 di Desa Relatif Terkendali Berkat Kebijakan Jokowi Larang Warga Kota Mudik
Baca juga: Jokowi Lantik Listyo Sigit Jadi Kapolri pada Rabu Pon Besok, Ini Maknanya
Selain hari baik, ada hari yang dianggap sial menurut tradisi Jawa.
"Mungkin bahwa di dalam tradisi Jawa ada hari-hari yang dianggap sebagai hari sial."
"Pertama, pada diri seseorang ada jam tertentu ini dianggap memiliki kelemahan," kata Bani.
Menurut tradisi Jawa, seseorang tak boleh melakukan hal penting pada hari keempat kelahiran.
"Kedua, hari keempat setelah kelahiran. Ini dianggap sebagai hari yang nahas, tidak boleh melakukan sesuatu," ungkapnya.
Guru Besar Ilmu Budaya UNS ini menyebut, seseorang juga tak boleh melakukan hal penting pada hari duka cita keluarga.
"Selanjutnya, hari duka cita. Misalnya meninggalnya orang tua, anak, adik, dan saudara-saudara."
"Itu juga hari yang dilarang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar," imbuhnya.
Baca juga: Jokowi: Bakauheni-Palembang Kini Hanya 3,5 Jam Perjalanan
Baca juga: Rabu 27 Januari Pelantikan Kapolri Listyo Sigit, Nasib Kursi Kabareskrim hingga Hari Penting Jokowi
Baca juga: Presiden Jokowi Ajak Negara di Dunia Kerja Bersama Adaptasi Perubahan Iklim dan Atasi Covid-19
Ia juga menyinggung soal perhitungan waktu Jawa untuk menghindari sial.
"Lalu, pada hari tertentu setiap hari dan pasaran itu memiliki arah."
"Kalau arah jatuhnya di barat, berarti naganya di timur."
"Maka, kalau melakukan perjalanan tidak boleh ke arah timur, akan mengalami nahas," kata dia.
(Tribunnews.com/Nuryanti)