Keputusan Bulgaria untuk menghentikan sementara program vaksinasi menggunakan AstraZeneca ini mengikuti langkah serupa yang telah dilakukan oleh negara lainnya di Eropa seperti Denmark, Islandia dan Norwegia.
Salah satu negara di kawasan Asia yakni Thailand juga telah melakukan hal yang sama.
Sementara itu, Italia dan Austria pun telah menghentikan penggunaan vaksin lainnya sebagai tindakan pencegahan.
Padahal Badan Obat Eropa, regulator obat-obatan Uni Eropa (UE) telah mengatakan sebelumnya bahwa tidak ada indikasi vaksin ini menyebabkan pembekuan darah.
Sedangkan negara lainnya, termasuk Inggris, Jerman, Australia dan Meksiko mengaku bahwa mereka tetap melanjutkan program vaksinasinya.
Baca juga: Kemenkes: Vaksin AstraZeneca Dialokasikan untuk Lansia dan Petugas Pelayanan Publik
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan dirinya tidak setuju dengan negara yang menghentikan sementara program ini.
"Dari apa yang kami ketahui selama ini, manfaatnya jauh lebih besar dari risikonya," kata Spahn.
Keputusan untuk menghentikan sementara program ini dianggap sebagai kemunduran bagi kampanye vaksinasi Eropa yang tidak lancar sepenuhnya.
Sebagian karena dipicu terjadinya penundaan pengiriman dosis vaksin pada sejumlah negara.
Dalam kekecewaannya, Kanselir Austria Sebastian Kurz mengeluh bahwa UE tidak mendistribusikan vaksin Covid-19 ini secara adil diantara negara-negara anggota, sesuai dengan ukuran populasi, seperti yang telah disepakati.
Ia menyampaikan, beberapa negara bahkan telah melakukan 'kesepakatan sampingan' dengan para produsen vaksin, alih-alih menyerahkan pengadaan vaksin ini kepada Komisi Eropa.
Terkait tudingan Austria, Kementerian kesehatan Jerman pun mengakui pada Januari lalu bahwa Jerman telah menandatangani kesepakatan untuk 30 juta dosis vaksin dengan Pfizer BioNTech pada September 2020.