“Uji klinis tahap awal dan menengah dengan lebih dari 550 subjek, menunjukkan vaksin akan memicu respons kekebalan tubuh,” ujar Gang Zeng, direktur medis di Sinovac, dalam konferensi pers dikutip dari Washington Post).
Dua penerima menunjukkan demam tinggi sebagai tanggapan terhadap vaksin—satu anak berusia 3 tahun dan yang lainnya berusia 6 tahun.
“Sisa subjek uji coba mengalami gejala ringan,” kata Zeng.
"Itu menunjukkan bahwa vaksin aman dan akan menghasilkan respons kekebalan tubuh yang berpotensi berguna terhadap SARS-CoV-2, tentu sangat disambut baik," kata Eng Eong Ooi, seorang profesor di sekolah Kedokteran Duke NUS di Singapura yang ikut memimpin pengembangan vaksin Covid-19.
Namun, ia mengatakan data yang disajikan ke publik oleh perusahaan tidak cukup untuk memberikan jawaban konklusif atas temuan tersebut.
Anak-anak jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami sakit parah Covid-19, tetapi mereka masih berisiko dan dapat menyebarkan virus.
Sementara kampanye vaksinasi di seluruh dunia telah berfokus pada orang dewasa, anak-anak juga perlu diimunisasi untuk mengakhiri pandemi.
Vaksin Pfizer telah diizinkan untuk digunakan mulai dari usia 16 tahun dan kini sedang dipelajari pada usia 12-16 tahun.
Moderna juga mulai menguji vaksinnya pada anak-anak berusia 12 tahun ke atas, dan minggu lalu mengumumkan studi baru yang menguji penggunaannya pada anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun.
Sinopharm milik China, yang memiliki dua vaksin Covid-19, juga sedang menyelidiki efektivitas vaksinnya pada anak-anak. Perusahaan mengatakan pada bulan Januari telah menyerahkan data klinis kepada regulator, meskipun tidak jelas apakah itu untuk satu atau kedua vaksin.