Nadiem meminta seluruh warga masyarakat memahami risiko-risiko jangka panjang yang muncul dikemudian hari.
"Dalam hal ini, kami bisa memahami kekhawatiran ibu dan bapak sebagai guru, tenaga pendidik dan orang tua, khususnya terkait kesehatan dan keselamatan keluarga."
"Namun kita juga perlu mengingat risiko-risiko yang beberapa telah disampaikan oleh bapak Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) jika kita tidak segera memulai PTM terbatas, kita juga perlu mengingat jangka panjang dari risiko tersebut," terang Nadiem.
Nadiem menegaskan, tidak ada tawar menawar pada peraturan dimulainya pendidikan dengan sistem tatap muka terbatas.
"Masa depan indonesia bergantung pada SDM-nya, sehingga tidak ada tawar menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi," ujar Nadiem.
Untuk itu, Nadiem bersama Kementerian Pendidikan telah meluncurkan panduan bagi sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan di masa pandemi Covid-19.
Meskipun demikian, Nadiem juga tetap memberikan opsi pembelajaran jarak jauh (PJJ), mengingat pembelajaran tatap muka maksimal hanya 50 persen dari jumlah siswa.
Sehingga, pembelajaran tatap muka dapat menerapkan sistem rotasi, yakni pergantian peserta didik antara siswa yang melakukan PTM di sekolah dengan yang melakukan pembelajaran secara online di rumah.
Hal itu demi menerapkan protokol kesehatan.
"Mau tidak mau, selesai vaksinasi ada opsi tatap muka terbatas."
"Selain itu harus melalui sistem rotasi, tatap muka dan PJJ," terang Nadiem., dikutip dariĀ Kompas.com.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(Kompas.com/Fitria Chusna Farisa/Dandy Bayu Bramasta)