"Seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance atau Keterangan Lolos Kaji Etik," ujarnya.
Uji validitas eksternal telah dimulai sejak bulan April di Universitas Andalas. Selanjutnya, Rumah Sakit UI memulai tahap uji tersebut pada bulan Juni.
"Kemudian, Unair dan RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) akan mulai uji validitas eksternal GeNose C19 pada akhir bulan Juni 2021" katanya.
Periode uji validitas dikatkana Hakim berlangsung empat sampai enam bulan, tergantung perjanjian dengan masing-masing institusi tersebut.
"Hasil uji validitas belum keluar, karena prosesnya masih berjalan," pungkas Hakim.
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta penggunaan GeNose (alat screening Covid-19) disudahi.
Menurutnya, GeNose memiliki tingkat akurasi yang rendah sehingga berpotensi menimbulkan false negatif.
"GeNose untuk syarat perjalanan atau syarat lainnya, sebaiknya distop saja. Banyak kasus akurasinya mengindikasikan rendah. Dikhawatirkan menghasilkan negatif palsu," kata Tulus dikonfirmasi Tribunnews.com, Selasa (22/6/2021).
YLKI menilai faktor harga semestinya bukan menjadi pertimbangan utama alat buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) digunakan menggantikan alat lainnya yang lebih secara akurasi lebih teruji.
"Untuk apa harga murah jika mengancam keamanan dan keselamatan diri dan orang lain? Sebaiknya pilihan antigen (minimal) demi keamanan dan keselamatan bersama," tutur Tulus.
Layanan tes skrining Covid-19 menggunakan GeNose C19 mulanya digunakan hanya untuk pengguna transportasi kereta api.
Namun kekinian, para penumpang pesawat juga sudah mulai menggunakan GeNose sebagai sebagai syarat perjalanan.
Tulus menambahkan tingkat akurasi yang baik ini membuat wabah Covid-19 akan lebih bisa dikendalikan.