"Kalau virus tidak bermutasi dia kehilangan kesempatan hidup, maka melakukan mutasi sebagai upaya lebih cepat menular, lebih kuat bertahan di dalam tubuh manusia, dan sebagainya," jelas Tonang.
Sama seperti virus pada umumnya, Tonang menyebut virus Covid-19 juga mudah bermutasi.
Baca juga: Indonesia Berhasil Lakukan 1 Juta Vaksinasi Harian Lebih Awal dari Target yang Dipasang Jokowi
Asal Mula Penamaan Virus Corona Delta
Tonang menjelaskan, dalam perkembangannya, virus SARS-Cov2 telah mengalami serangkaian tahapan mutasi.
"Dulu (kemunculan virus) yang ada di Wuhan (China) sekitar 18 bulan yang lalu, kita sebut dengan Virus Wuhan."
"Nah ketika sudah menyebar keluar dari Wuhan, ternyata sudah mengalami mutasi, waktu itu dinamakan D164G," ungkap Tonang.
Kemudian, lanjut Tonang, virus tersebut berkembang di seluruh dunia dan terjadi variasi mutasi yang beragam.
Baca juga: Minat Warga Divaksin Massal Tinggi, Polres Gunungkidul Akui Susah Atur Jaga Jarak di Luar Gedung
Mulai dari corona varian UK (Inggris), varian Afrika, varian Brasil, varian California, hingga varian India.
Virus corona varian India, ungkap Tonang, memiliki nama dengan kode B1617.2.
"Kemudian di akhir Mei kemarin, untuk mengurangi sensitivitas ketika menyebut tempat, oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia) diubah namanya menjadi Alpha, Betta, Delta, dan seterusnya," ungkap Tonang.
"Kebetulan yang dari India ini disebut Delta," imbuhnya.
Tonang menjelaskan, mutasi virus corona banyak terjadi.
"Hanya saja kebanyakan tidak signifikan, tidak mengubah kemampuan tubuh kita untuk menghadang, tidak mengubah kemampuan antibodi kita untuk mengenali," ungkap Tonang.
Simak program Overview "Corona Jenis Baru dan Isu Dicovidkan" selengkapnya :
(Tribunnews.com/Gilang Putranto)