Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Israel pada hari Minggu kemarin mencatat lebih dari 17.000 kasus baru infeksi virus corona (Covid-19).
Gelombang pandemi yang terjadi di negara zionis itu saat ini diperkirakan akan membuat 2 hingga 4 juta warganya terinfeksi.
Untuk mendeteksi calon pasien tersebut, Israel pun mengoperasikan lusinan drive-through serta pusat deteksi permanen di seluruh negeri.
Namun pemerintah negara itu hampir tidak bisa mengatasi arus aktivitas warga di sana setiap harinya.
Baca juga: Kasus Harian Corona Indonesia 10 Januari 2022: Peringkat ke-38 Dunia, Tambah 454 Kasus
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (10/1/2022), dalam beberapa hari terakhir, media lokal telah menunjukkan betapa buruk situasinya.
Antrean panjang di luar pusat deteksi bahkan telah menjadi fenomena umum.
Banyak warga Israel yang terpaksa menunggu giliran selama 6 hingga 8 jam untuk bisa mendapatkan layanan ini.
Pihak berwenang setempat pun telah mencoba untuk menghilangkan tekanan dari pusat deteksi tersebut, karena warga Israel diminta untuk melakukan tes antigen di rumah.
Baru-baru ini, Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennet mengira dirinya telah mampu mengendalikan pandemi.
Karena pada periode Oktober hingga pertengahan Desember 2021, jumlah kasus harian cenderung relatif rendah, jarang melebihi angka 1.500 pasien per harinya.
Bahkan bagi banyak warganya, dosis penguat (booster) vaksin Covid-19 telah berhasil melawan virus tersebut.
Namun ternyata Israel kemudian mengalami 'kehilangan kendali' saat muncul varian Omicron yang secara cepat membalikkan keadaan.
Dalam beberapa pekan, varian baru yang diyakini lebih menular dibandingkan virus aslinya ini pun telah menyebar di seantero Israel.