Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya varian Omicron memicu meningkatnya kasus Covid-19 di beberapa negara, termasuk Australia.
Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman mengungkap kondisi di New South Wales, Australia.
"Kondisi di Australia, terjadi di New South Wales memang menjadi yang paling buruk dibandingkan wilayah lain karena jumlah orang yang abai dan meremehkan," kata Dicky Budiman kepada Tribunnews, Selasa (11/1/2022).
Saat ini kasus Covid-19 di wilayah tersebut menjadi yang tertinggi di Australia.
Padahal cakupan vaksin sudah terbilang bagus yaitu di atas 90 persen untuk dua dosis.
Dicky pun mengungkap, di Queenisland juga mulai mengambil beberapa tindakan.
Baca juga: 1 Juta Warga India Nekat Gelar Ritual di Sungai Gangga Meski Kasus Covid-19 Melonjak
Seperti melakukan kerja dari rumah dan pembukaan sekolah yang kembali ditunda hingga Februari.
"Menjadi catatan penting, jika vaksinasi tidak menjamin. Dan kita melihat bahwa kelompok rawan, berisiko tinggi dalam hal ini komorbid, lansia menjadi sangat amat rawan. Termasuk anak-anak," katanya.
Ia pun menyebutkan kasus kematian hari ini di Australia dalam 24 jam terakhir sebanyak 6 kematian untuk jenis kelamin perempuan, 11 pria, dan 1 anak kecil di bawah usia 5 tahun.
Baca juga: Dapat Bantuan COVAX, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sebut Stok Vaksin Covid-19 untuk Booster Cukup
"Pertama kali ini dan satu hal yang membuat Australia semakin waspada, terbuka matanya adalah kematian 2-3 hari lalu seorang atlit usia 23 tahun. Tidak punya komorbid, bervaksinasi lengkap mengalami kematian," kata Dicky.
Dicky pun menegaskan sebagaimana varian lain, Omicron juga bisa menyebabkan badai sitokin, vatalitas, dan hunian rumah sakit.
"Jadi kalau meremehkan itu namanya mengundang badai," katanya.