Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Varian baru virus corona (Covid-19) Omicron yang diduga sangat menular memang menyebabkan penyakit yang lebih ringan dibandingkan strain Delta, namun tetap dianggap sebagai varian berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu kemarin.
Baca juga: Kasus Harian Corona Indonesia 12 Januari 2022: Urutan ke-36 Dunia, Tambah 646 Kasus
Baca juga: Setelah Virus Corona, Varian Delta, Omicron, Kini Ada Lagi Varian Baru Corona yang Namanya Deltacron
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (13/1/2022), ia mengatakan bahwa ada lebih dari 90 negara yang belum memenuhi target vaksinasi 40 persen dari populasi mereka dan lebih dari 85 persen orang di Afrika yang belum menerima dosis tunggal.
"Kita tidak boleh membiarkan virus ini bergerak bebas, terutama saat begitu banyak orang di seluruh dunia yang tetap tidak divaksinasi," kata Tedros.
Dalam laporan epidemiologi mingguannya pada Selasa lalu, WHO menyampaikan kasus infeksi telah mengalami peningkatan sebesar 55 persen atau 15 juta dalam sepekan hingga 9 Januari lalu dari seminggu sebelumnya.
Sejauh ini, kasus terbanyak dilaporkan dalam satu pekan terakhir.
"Lonjakan besar dalam kasus infeksi ini didorong oleh varian Omicron, yang secara cepat menggantikan dominasi Delta di hampir semua negara," kata Tedros.
Tedros menekankan mayoritas orang yang terinfeksi Covid-19 dan dirawat di rumah sakit di seluruh dunia, ternyata tidak atau belum divaksinasi.
Jika penularan tidak dibatasi, maka ada risiko lebih besar yang akan ditimbulkan varian lainnya yang muncul yang bahkan bisa lebih menular dan lebih mematikan dibandingkan Omicron.