TRIBUNNEWS.COM - Berikut update kasus Corona atau Covid-19 di Indonesia yang tercatat pada Rabu (23/2/2022).
Kemarin terdapat penambahan kasus virus corona sebanyak 61.488 kasus.
Sebelumnya, Selasa (22/2/2022), kasus positif Covid-19 bertambah 57.491 kasus.
Bertambahnya 61.488 kasus kemarin menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 5.350.902 kasus.
Hal tersebut berdasarkan data yang diterima Tribunnews.com pada Rabu pukul 17.09 WIB.
Baca juga: Disdikbud Kabupaten Magelang Jateng Hentikan Seluruh PTM Karena Kasus Covid Naik
Kabar baiknya, sebanyak 39.170 pasien Covid-19 dinyatakan sembuh.
Jumlah pasien sembuh diketahui bertambah menjadi 4.632.355 pasien.
Sementara itu, pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 bertambah sebanyak 227 pasien.
Sehingga, total pasien yang meninggal dunia karena Covid-19 menjadi 147.025 pasien.
Penambahan kasus tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Wamenkes: Ada Potensi Indonesia Akan Lakukan Suntikan Covid-19 Keempat
Infeksi Covid-19 Dapat Picu Long Covid-19 yang Turunkan Kualitas SDM
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, masyarakat yang terinfeksi Covid-19 ibarat bola salju. Seiring berjalannya waktu, dapat memberikan dampak yang cukup besar.
Hal ini diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman. Salah satu efek dari Covid-19 yang berdampak cukup besar adalah Long Covid-19.
"Riset terakhir menunjukkan bahkan 1 tahun pasca pulih, sepertiga dari pulih itu akan punya potensi Long Covid-19. Yang punya potensi itu, hampir 50 persen lebih mengalami gejala gangguan cardiovascular,"ungkapnya pada Tribunnews, Rabu (23/2/2022).
Menurut Dicky, masalah ini tidak hanya menjadi masalah bagi pasien saham tapi juga bagi pemerintah. Akan ada beban finansial dari negara karena pengobatan.
Baca juga: Epidemiolog Setuju Indonesia Tak Perlu Buru-buru Transisi ke Endemi Covid-19
Dan sepertiga bagi Indonesia tidaklah sedikit, mengingat jumlah masyarakat Indonesia mencapai 200 juta lebih. Ini semakin diperparah dengan masih banyak kasus yang belum ditemukan karena keterbatasan deteksi dini.
"Kalau merujuk pada gelombang sebelumnya yang didominasi Delta, dari kasus yang dilaporkan. Sedangkan di lapangan bisa 10 kali lipat, perbedaannya. Itu menunjukkan ada potensi jauh lebih besar dari varian Omicron," paparnya lagi.
Bukan tidak mungkin kasus yang tidak ditemukan di masyarakat untuk varian Omicron bisa 10 kali dari Delta. Dicky pun kembali menegaskan jika dampak Covid-19 tidak hanya bicara soal angka kesakitan dan kematian saja.
"Tapi ada potensi jangaka panjang yang akan bisa membebani masyarakat dan negara. Misalnya dari penurunan kualitas SDM karena Long Covid-19 tadi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Aisyah Nursyamsi)