"Karena kita harus melihat dari berbagai sisi. Tidak hanya sains dan kesehatan. Sosial dan budaya, dan tentunya ekonomi. Pengambilan keputusan harus imbang," ungkapnya pada siaran Radio RRI, Selasa (8/3/2022).
Dan keputusan yang diambil harus baik dan tepat.
Menurut Reisa hal ini sejalan dengan beberapa negara yang sudah melakukan pencabutan pembatasan Covid-19 dengan berbagai pendekatan.
Tidak hanya pendekatan kesehatan sains, transisi pandemi menjadi endemi perlu dilakukan bertahap.
Pemerintah sendiri menurut pemaparan Reisa telah menyiapkan strategi.
"Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan peta jalan untuk normalisasi aktivasi masyarakat, melalui kebijakan pengendalian virus. Dengan target pasien rumah sakit dan kematian di level rendah," paparnya lagi.
Saat ini kondisi kasus Covid-19 harian dan keterisian rumah sakit mulai melandai.
Per 6 Maret 2022, tingkat keterisian tempat tidur dan isolasi adalah 29 persen dari total kapasitas nasional.
"Jadi kita harapkan betul untuk terus turun dan tidak bertambah. Dan pemerintah terus mengupayakan pandemi terkendali dengan satu indikator. Yaitu positift rate harus sesuai target di bawah 5 persen," kata Reisa lagi.
Pemerintah juga melakukan kesiapan pandemi menuju endemi dengan peningkatan cakupan vaksinasi dosis kedua dan booster.
Selain itu juga peningkatan kapasitas survelens dari testing, treacing dan jaminan fasilitas kesehatannya.
Dan semua ini membutuhkan lapisan masyarakat tidak hanya dari pemerintah saja.
"Agar bisa bersiap hidup normal berdampingan dengan covid-19. Peran penting juga masyarakat pemutusan Covid-19. Kita juga sudah belajar selama dua tahun bagaimana caranya," pungkasnya.