“Kita perlu mengawasi perilaku rekombinan ini dalam hal penularannya dan kemampuannya untuk lolos dari perlindungan kekebalan yang diinduksi vaksin,” kata Prof Lawrence Young, ahli virologi di University of Warwick.
“Ini juga berfungsi untuk memperkuat kebutuhan untuk mempertahankan pengawasan genetik."
Baca juga: Kemenkes dan BPOM Diminta Tak Main-main Soal Vaksin Covid-19 Kedaluwarsa
Baca juga: 14,5 Juta Orang di Indonesia Sudah Disuntik Vaksin Booster Covid-19
"Ketika virus terus bersirkulasi, terutama pada populasi yang kurang divaksinasi dan pada orang yang kekebalannya akibat vaksin menurun, kami kemungkinan besar akan melihat lebih banyak varian termasuk yang dihasilkan melalui rekombinasi.”
Namun bukan berarti varian tersebut menjadi alasan untuk panik.
Menurut UKHSA, varian tersebut tidak menunjukkan tingkat pertumbuhan yang mengkhawatirkan.
"Ini telah terlihat di Inggris beberapa kali, dan sejauh ini tampaknya sangat langka di mana saja di dunia, dengan hanya beberapa lusin urutan di antara jutaan Omikron," kata Barrett.
“Jadi saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan saat ini, meski saya yakin akan terus dipantau.”
Gelombang Delta dan Omicron sebelumnya, serta vaksinasi, berarti ada kemungkinan setidaknya ada perlindungan terhadap varian ini.
(Tribunnews.com/Yurika)
Artikel terkait Covid-19 lainnya