TRIBUNNEWS.COM - Berikut sebaran kasus aktif Covid-19 di 34 provinsi di Indonesia, Rabu (1/6/2022).
Diketahui, hari ini terdapat penambahan kasus virus corona sebanyak 368 kasus.
Sebelumnya, Selasa (31/5/2022), kasus positif Covid-19 bertambah 340 kasus.
Bertambahnya 368 kasus hari ini menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 6.055.341 kasus.
Baca juga: Pemerintah akan Musnahkan Vaksin Covid-19 yang Kedaluwarsa, Menkes Beri Penjelasan
Hal tersebut berdasarkan data yang diterima Tribunnews.com dari Satgas Covid-19 pada Rabu pukul 18.35 WIB.
Sementara itu, pada hari ini terjadi pengurangan kasus aktif Covid-19 sebanyak 182 kasus.
Hal tersebut menjadikan total kasus aktif Covid-19 di Indonesia menjadi 3.141 kasus.
Baca juga: Sebaran 368 Kasus Corona 1 Juni 2022, DKI Jakarta Tertinggi Catat 164 Kasus
Berikut sebaran kasus aktif Covid-19 di 34 provinsi di Indonesia berdasarkan data dari laman resmi covid19.go.id pada Rabu (1/6/2022):
- DKI Jakarta: 1.008
- Jawa Barat: 472
- Banten: 283
- DI Yogyakarta: 169
- Jawa Tengah: 148
- Bali: 130
- Jawa Timur: 125
Baca juga: BREAKING NEWS Corona Indonesia 1 Juni 2022: Tambah 368, Total 6.055.341 Kasus
- Lampung: 124
- NTB: 109
- Sumatera Utara: 72
- Gorontalo: 62
- Papua Barat: 60
- Papua: 54
- NTT: 49
Baca juga: 95 Persen Jemaah Haji Indonesia Sudah Vaksin Covid-19 Dosis Lengkap
- Sumbar: 45
- Sulawesi Utara: 29
- Sulawesi Selatan: 29
- Maluku Utara: 22
- Kalimantan Selatan: 21
- Sumatera Selatan: 19
- Maluku: 19
Baca juga: Kementerian Kesehatan: 95 Persen Jemaah Haji Indonesia Sudah Suntik Vaksin Covid-19 Dosis Lengkap
- Kalimantan Barat: 17
- Kalimantan Timur: 14
- Jambi: 11
- Kalimantan Tengah: 10
- Sulawesi Tengah: 10
- Kepulauan Riau: 9
- Aceh: 5
Baca juga: Menkes Imbau Masyarakat Terus Lakukan Booster Covid-19
- Sulawesi Barat: 5
- Sulawesi Utara: 4
- Bengkulu: 1
- Bangka Belitung: 0
- Riau: 0
Baca juga: Pemerintah Imbau Masyarakat Segera Vaksinasi Booster Covid-19
Vaksin Covid-19 Terbuang, Pakar Epidemiologi Sarankan Ada Evaluasi
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, menurut Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky, adanya vaksin tidak terpakai dan akhirnya terbuang, memang sudah lazim dan harus bisa diprediksi sejak awal.
"Tapi yang tentu harus menjadi catatan adalah seberapa banyak. Angka 10-20 persen di beberapa negara terjadi terbuang dengan berbagai alasan," ungkap Dicky pada Tribunnews, Rabu (1/6/2022).
Vaksin yang terbuang menurut Dicky dibedakan menjadi dua. Ada yang setelah terbuka, dan yang belum. Dan ini menurut Dicky perlu menjadi eveluasi tertentu dari pemerintah.
"Karena kalau sudah dibuka terus ada yang terbuang, ini sebetulnya bukan bisa dibenarkan, tapi relatif bisa diterima. Walau ini harus menjadi evaluasi dari pemerintah," tegas Dicky.
Baca juga: Jokowi Sebut Stok Vaksin Covid-19 Lebih dari Cukup, Segera Lengkapi Vaksinasi
Karena bisa saja orang yang ditargetkan divaksin saat itu tidak dapat terpenuhi. Tapi jika vaksin terbuang belum dibuka karena expired atau kondisi lain, ini bisa disebut karena administrasi dan manajemen.
Ada kemungkinan tersimpan cukup lama, sistim distribusi yang terlalu birokratis dan sebagainya. Selain melakukan evaluasi, kondisi ini harus diberi tahu pada publik.
Dengan tujuan dapat menjadi perhatian bersama di tengah fakta kebutuhan vaksin yang besar.
Banyak juga penduduk Indonesia yang belum mendapatkan vaksinasi. Atau bahkan distribusi yang tidak merata.
Baca juga: Vaksin Covid-19 yang Kedaluwarsa Akan Dimusnahkan, Sebagian Besar Hibah dari Negara Sahabat
Belum lagi pemberian vaksin yang mengalami hambatan dari sisi geografis.
Ada pula kelompok masyarakat yang sulit dilakukan persuasif dan kendala lainnya.
"Menurut saya perlu perbaikan. Dimulai dari perbaikan catatan yang harus dilakukan. Lalu penyampaian strategi komunikasi risiko tidak bisa dipisahkan," tutupnya
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Aisyah Nursyamsi)