Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika seseorang terinfeksi Covid-19 berulang kali walau memunculkan gejala ringan, maka dapat menyebabkan risiko ke depannya.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peralmuni), Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI
"Khususnya bagi kelompok yang memiliki komorbid, atau berusia di atas 60 tahun dan penyintas autoimun. Maka akan mengalami tingkat kontrol imun yang kurang baik," ungkapnya pada Talkshow virtual, Senin (15/8/2022).
Selain itu, Iris pun menyebutkan jika pada individu yang memiliki riwayat alergi biasanya memiliki kekambuhan untuk alerginya. Ia pun menyebutkan jika saat ini risiko re-infeksi memang terhitung tinggi.
Setelah terinfeksi, Iris menyebutkan jika banyak laporan setelah 2-4 minggu sakit, bisa terkena varian yang beda lagi. Kemampuan re-infeksi ini muncul seiring bermutasinya virus.
Baca juga: Risiko Penularan Covid-19 Tidak Berubah, Masker dan Vaksin Masih Jadi Bumper Utama
Oleh karena itu, Iris menegaskan pentingnya untuk menjaga prokes. Karena virus SARS-CoV-2 selalu akan bermutasi sampai kapan pun. Bermutasi menjadi salah satu bagian perlindungan bagi si virus.
"Jadi kita jangan mengharap sampai virus berhenti bermutasi. Tidak mungkin. Contoh virus influenza, dia bermutasi terus. Dan sekarang hidup berdampingan dengan kita. Meski begitu, Covid-19 jangan dianggap endemi. Memang menuju ke sana, tapi prokes harus dipakai," tegasnya.
Ia pun mengingatkan masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19, dan jangan lupa memakai masker. Karena keduanya adalah satu kombinasi yang harus dijalankan.
"Pencegahan untuk tidak terinfeksi berulang adalah masker. Di samping harus meminum vitamin yang cukup. Lalu tidur, minum, dan makan yang gizi. Terakhir berdoa harus dijalankan," pungkasnya.