Menurut Pimprim Basarah, anak yang terlindung dari Covid-19 juga dapat melindungi orang di sekitarnya.
Termasuk, yang memiliki komorbid dan kelompok rentan, seperti lansia.
Cakupan vaksinasi Covid-19 pada anak dapat melindungi kelompok sekolah sehingga tidak menjadi klaster sumber penularan.
"Dengan adanya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang lebih mudah menular, vaksinasi anak berguna untuk melindungi gejala Covid-19 berat, seperti Multisystem Inflammatory System in Children (MIS-C) dan long COVID-19," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Adib Khumaid, menyebut semua pihak berkewajiban untuk mensukseskan vaksinasi bagi anak.
Misalnya, terus menerus mensosialisasikan program ini lewat media sosial.
“Di tengah adanya keraguan pada vaksinasi, maka upaya untuk memperkuat harus kita sampaikan kepada masyarakat dan sejawat. Tapi dengan menghindari pencemaran nama baik, pasien dan sejawat,” ucapnya.
Di sisi lain, Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan, Prima Yosephine, mengatakan WHO meminta semua negara melakukan vaksinasi minimal 70 persen dari populasi dan khusus kelompok rentan 100 persen.
"Itu untuk mempertahankan imunitas masyarakat umum dan kelompok masyarakat rentan," jelasnya.
Ia mengatakan, secara umum tingkat vaksinasi Indonesia dosis kedua baru mencapai 63 persen, pada kelompok anak sudah mencapai 80 persen untuk dosis pertama.
“Tetapi dosis kedua pada anak masih di bawah persentase yang diharapkan, sehingga menjadi tugas semua untuk segera mengejarnya,"tuturnya.
Baca juga: Update Covid-19 Global 12 Oktober 2022: Total Infeksi 627,6 Juta, Jumlah Pasien Sembuh 607,2 Juta
Sementara angka yang menggembirakan berasal dari capaian vaksinasi pada remaja.
“Cakupan imunisasi remaja sudah 95.98 persen atau 25 jutaan orang untuk dosis pertama dan 82.72 persen dosis kedua atau sekitar 22 juta orang,” ungkapnya.
Adapun anak-anak memperoleh vaksin Sinovac, sementara untuk remaja menggunakan Sinovac dan Pfizer.