Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kementerian Kesehatan sebelumnya pernah mengatakan Indonesia memiliki daya tahan antibodi yang cukup tinggi.
Sehingga kasus Covid-19 di tanah air terbilang rendah, meski beberapa negara tenaga mengalami kenaikan kasus.
Hal ini menimbulkan tanda tanya, apakah situasi ini tetap membutuhkan suntik booster Covid-19?
Menurut Ketua Satgas Covid-19 PB IDI, Erlina Burhan, meski daya antibodi masyarakat Indonesia tinggi, booster kedua Covid-19 masih tetap diperlukan.
"Tetap perlu booster kedua, dengan alasan bahwa Covid-19 tidak bisa diprediksi. Contohnya tadi, China, Jepang, mereka sangat hati-hati, protokol ketat, tapi kemudian terjadi peningkatan kasus," ungkapnya pada media briefing virtual, Rabu (25/1/2023).
Baca juga: PB IDI Jelaskan Soal Penggunaan Masker, Meski PPKM Dicabut dan Booster Kedua Sudah Diberikan
Menurutnya dari pada terlanjur alami kenaikan kasus Covid-19, lebih baik segera meningkatkan imunitas dengan vaksin Covid-19.
Apa lagi setelah enam bulan vaksin, proteksi yang didapat bisa menurun.
Termasuk antibodi yang didapatkan karena terinfeksi akibat sakit.
Ia pun menambahkan jika masyarakat Indonesia memiliki antibodi tinggi kemungkinan besar karena infeksi alami.
Antibodi yang didapatkan dari infeksi alamiah atau sakit Covid-19 akan menurun seiring berjalan waktu.
"Oleh sebab itu, yuk dibooster untuk meningkatkan level proteksi," pungkasnya.