"Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Tapi di daerah ISIS semuanya gratis," kata Leefa.
"Saya datang ke daerah ISIS dengan tujuan menjadi Muslim yang sebenarnya dan juga demi kesehatan," katanya.
Ia mengontak anggota ISIS melalui internet, yang mengatakan ISIS akan mengganti uang tiket. Dikatakan pula Leefa akan bisa menikmati kehidupan di Raqqa.
Namun ketika tiba di Raqqa, kenyataan yang dia alami tak sesuai harapan. Operasi yang harus ia jalani tidak gratis dan biayanya mahal.
Dan Leefa pun tak bisa menjalani operasi.
Leefa dan Nur termasuk di antara 16 WNI yang saat ini berada di kamp pengungsi di Ain Issa.
Kisah keduanya tentu tak bisa diverifikasi namun mirip dengan kisah orang-orang yang pindah ke Raqqa dengan harapan bisa hidup layak di bawah naungan daulah Islamiyah.
Orang-orang ini hampir semuanya kecewa dengan apa yang mereka lihat di Raqqa, yang sangat berbeda dengan 'gambaran indah' yang banyak diunggah ke internet.
"Yang saya tahu, mereka ini ditipu," kata Fayruz Khalil, pejabat di kamp di Ain Issa.
"Mereka mendapati gambaran yang disampaikan ISIS ternyata bohong ... selama 10 bulan terakhir mereka mencoba pindah, tapi baru bisa berhasil dalam beberapa hari ini," kata Khalil.
Puluhan keluarga pendatang ingin pergi
Kantor berita Kurdi di Suriah ANHA, seperti dipantau oleh BBC Monitoring, melaporkan bahwa ketika kekuatan yang anti-ISIS memasuki Raqqa, mereka mendapati tiga keluarga Indonesia, terdiri dari delapan perempuan, lima laki-laki dan tiga anak yang menyerahkan diri.
Salah seorang di antaranya, perempuan bernama Nora Joko, mengatakan begitu kekhalifahan Islam diumumkan beberapa waktu lalu ia dan keluarganya memutuskan hijrah ke Suriah.